Akan tetapi, pertemuan itu seharusnya haru dan bahagia. Terlebih pada batin Widya masih meragukan kalau itu ibu kandungnya.
Menurut Tazia, keraguan Widya itu muncul manakala pada perjumpaan tersebut Widya merasa kurang nyaman dan tidak ada koneksi batin layaknya seorang Ibu dan anak.
Sebagai dokumentasi, ketika pertemuan di Bandung, Widya sempat merekam video yang berada disebuah rumah sederhana yang masuk ke dalam sebuah gang.
“Dalam Video itu ibunya Widya berbahasa Indonesia dan beraksen Jawa, Bahkan yang mengaku sebagai bibinya kemungkinan besar istri pertama dari suami baru ibu’’ucap Tazia dalam thread lanjutannya.
Pertemuan itu tidak memiliki kesan apapun, Widya merasa tertekan dengan keadaan. Terlebih, selama ini dia kehilangan beberapa dokumen seperti surat dari ibunya yang memiliki alamat rekening dari bank di Indonesia.
Sebetulnya pencarian ibu kandung Widya sampai saat ini terus dilakukan, Widya juga aktif bergabung di komunitas My Roots yaitu komunitas adoptee orang-orang Indonesia yang diadopsi ke Belanda waktu masih bayi/balita.
Salah satu kejanggalan yang dia rasakan adalah adalah dokumen-dokumen adopsi Widya. Utari sebagai penanggungjawab menyerahkan Widya ke Panti Asuhan Kasih Bunda, secara terang-terangan mengaku kalau dokumen adopsi dia palsu.
’’Bahkan dokumen adopsi dia sampe sekarang ga bisa ditemukan di agency yang bertanggung jawab di Belanda,’’ujarnya.
Menurut pengakuan Utari, untuk mengurus akte kelahiran dilakukan ke Kantor yang ada di Jatinegara. Sekaligus menyatakan bahwa Widya lahir disana.
Di akte lahir disebutkan Widya la
hir pada 6 November 1975. Sedangkan di surat adopsi, nama orang tua Widya adalah Sunarti dan (alm.) Kartono. Di akte lahir juga ada catatan bahwa orangtua Widya telah melepaskan semua hak pengasuhan anak pada 21 Juli 1979 dengan dibubuhi tanda tangan.
’’Untuk tandatangan dia ga yakin itu betulan tanda tangan ibunya,’’ucap Tazia.
Setelah tinggal di Panti Kasih Bunda selama tiga minggu, Widya akhirnya diadopsi oleh keluarga yang berasal dari Belanda itu.