Bupati Desak Pelaku Pembuangan Sesajen Sampaikan Klarifikasi

LUMAJANG – Aksi pembuangan sesajen viral beberapa waktu yang lalu. Hal itu sontak membuat banyak netizen geram lantaran pelaku dinilai tidak menghormati adat dan keyakinan penyedia sesajen.

Bupati Lumajang, Thoriqul Haq mendesak pelaku pembuangan sesajen dan perekam videonya di lokasi bencana Gunung Semeru untuk segera mengklarifikasi perbuatan mereka.  Namun hingga Senin (10/1), pelaku perekam dan orang yang ada di video berdurasi beberapa detik tersebut tak kunjung memberikan penjelasan.

“Saya memastikan bahwa pelaku bukan asli orang Lumajang,” ucap Cak Thoriq, sapaan bupati, Minggu (9/1).

Menurutnya, besar kemungkinan yang bersangkutan ialah sukarelawan yang datang ke Lumajang. Dugaan tersebut diperkuat lantaran pelaku pembuang sesajen tersebut diketahui sering tidur di salah satu masjid Desa Sumbermujur, Kecamatan Candipuro, Kabupaten Lumajang. Kapolres Lumajang, AKBP Eka Yekti menyatakan pihaknya masih mengusut sosok pelaku pembuangan sesajen tersebut.

“Masih kami upayakan mencari, Mas,” ucapnya singkat, Senin (10/1) kepada jpnn.com.

Eka juga belum bisa memastikan bahwa pelaku akan ditindak secara hukum atau tidak. Pasalnya, sesuai instruksi bupati, pihak yang bersangkutan harus segera mengklarifikasi dan meminta maaf.

“Kami masih proses lidik dan sidik juga,” bebernya.

Khotip, warga Dusun Sumbersari, Desa Supiturang, Kecamatan Pronojiwo, Lumajang mengungkapkan sesajen tersebut sering kali disediakan oleh beberapa orang, termasuk dirinya.

“Itu dilakukan untuk meminta keberkahan hidup dan menghormati leluhur kami,” ucapnya.

Penyediaan sesajen tersebut disesuaikan tanggal Jawa, seperti Kamis malam Jumat.  Dia mengaku warga setempat cukup kecewa dengan aksi pembuangan sesajen tersebut.

“Warga menyayangkan aksi pembuangan, bahkan menendang sesajen tersebut, apalagi warga sini sedang berduka,” tuturnya.

Warga berharap aksi intoleransi tersebut tidak lagi terjadi. Pihaknya juga meminta kepolisian segera menangkap pelaku karena dianggap melukai tradisi masyarakat Desa Supiturang. (JPNN-red)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan