Bidik Petani Milenial, Ciamis Ingin Bangun Pertanian Organik

CIAMIS – Pembangunan pertanian organik di Kabupaten Ciamis, Jawa Barat, meningkat pesat sejak adanya program Integrated Participatory Development and Management of Irrigation Program (IPDMIP).

Salah satunya dengan keberhasilan Kelompok Tani Parikesit mengantongi sertifikat padi organik dari Inofice (Indonesian Organik Farming Certification).

Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Ciamis Slamet Budi Wibowo mengatakan bahwa untuk berkembang seperti sekarang butuh waktu dan proses yang panjang. Banyak tantangan dan kendala yang dihadapi dalam memberikan pengarahan kepada petani.

“Dahulu masih konvensional, mereka jalan apa adanya saja,” kata Slamet melalui keterangan tertulisnya, Senin (6/12).

Dia menjelaskan semenjak ada program terintegrasi IPDMIP, pola bertani masyarakatnya lebih rapih dan teratur. Kompetensi kelimuan petani maupun penyuluh meningkat.

“Dan yang terpenting ada perubahan mindset di kalangan para petani khususnya mengenai pertanian organik,” katanya.

“Contohnya Kelompok Tani Parikesit. Padi organik mereka sudah tersertifikasi Inofice,” lanjut dia.

Slamet memaparkan kalau hadirnya IPDMIP diharapkan makin menguatkan petani dalam pemenuhan sarana produksi. Dan itu, kata dia, banyak tantangan yang harus dihadapi terkait pembangunan pertanian organik.

“Pertama soal perilaku. Budidaya pertanian organik berbeda. Model penanaman padinya, benih, penggunaan pestisida nabati, hingga pengendalian hama,” katanya.

Dia berharap program IPDMIP terus berlanjut, tidak hanya sampai pada 2023 saja. Pasalnya, program ini secara simultan mampu memberikan dampak yang besar terhadap pembangunan pertanian di daerah.

“Khusus Ciamis, semoga nanti bisa tercover semua kecamatan. Karena untuk sekarang, dari 27 kecamatan, masih 17 (kecamatan) yang difasilitasi. Mudah-mudahan tahun depan bisa semuanya,” beber dia.

Terkait program Sekolah Lapangan IPDMIP di daerah irigasi, pihaknya akan menyasar lebih banyak petani milenial. Menggenjot anak-anak muda untuk berpartisipasi aktif dalam pembangunan pertanian organik.

“Sekarang sudah mulai merintis. Pada SL pertemuan terakhir, antuaismenya sangat besar. Di kecamatan Bungursari sudah mendakalarsikan komitmen andil petani muda,” katanya.

Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan Sumber Daya Manusia Pertanian (BPPSDMP) Kementerian Pertanian Dedi Nursyamsi mengatakan pertanian harus diarahkan kepada bisnis. Artinya tidak sekadar mencukupi pangan sendiri.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan