ARJASARI – Dibangunnya Desa Wisata Baros yang berada di Desa Arjasari, Kecamatan Arjasari, Kabupaten Bandung, bukan hanya menyuguhkan wisata alam saja, namun meningkatkan juga perekonomian masyarakat sekitar.
Pengelola Desa Wisata Baros, Firman mengatakan Desa Wisata Baros dibangun pada delapan bulan lalu. Pada tiga bulan pertama, Desa Wisata Baros berhasil masuk 300 besar pada ajang Anugerah Desa Wisata Indonesia (ADWI) 2021 Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf).
Dikatakan Firman, setelah Desa Wisata Baros ini banyak dikunjungi oleh masyarakat membuat investor berbondong-bondong menawarkan diri untuk memberikan bantuan dana. Namun Firman mengaku menolak tawaran tersebut.
“Banyak investor yang mau bangun, segala macam, tapi saya tolak karena saya tidak mau merusak yang ada. Kalau mau masuk juga silahkan investor, tapi buat Desa Baros buka buat disini. Jika memang ada anggaran, silahkan itu untuk sarana prasarana atau insfrastruktur untuk Desa Baros. Desa Wisata Baros hanya simbol pertama kali gotong royong warga Baros,” kata Firman saat di wawancara, Minggu (21/11).
Awalnya di Desa Wisata Baros ini, kata Firman, hanya ada satu panggung yang digunakan untuk bikin konten atau mengadakan pertunjukan. Selanjutnya, dilakukan kegiatan bersih-bersih Sungai Citalutug, kemudian dibangun saung-saung semi permanen.
“Setiap pengunjung yang datang ke Desa Wisata Baros hanya perlu membayar Rp5 ribu saja. Wisatawan dapat menikmati jernihnya Sungai Citalutug, lalu ada bangunan semi permanen yang bisa digunakan untuk bercengkrama dengan keluarga sembari menikmati kudapan,” kata dia.
Apabila ada pengunjung yang tidak membawa makanan, lanjut Firman, tak perlu risau. Karena di sekitar lokasi ada pedagang yang menyediakan nasi liwet beserta lauk pauknya. Kata Firman, untuk harga sangat bersahabat. Dengan adanya pengembangan Desa Wisata Baros ini mampu memberikan lapangan pekerjaan bagi masyarakat sekitar.
“Desa Wisata Baros ini sangat Aman untuk anak-anak,” ujarnya.
Menurutnya, wisata Desa Baros ini memiliki banyak potensi. Diantaranya, potensi sumber daya alam dan potensi kesenian seperti dalang, kendang, penyanyi, ada wayang serok, jaipong, pencak silat dan lainnya. Namun, menurut Firman, potensi tersebut belum bisa dikelola secara maksimal.