Strategi Bela Negara untuk Menyiapkan Generasi Berkualitas di Era Society 5.0

Lapisan ketiga adalah lapisan sosial yang pada hakikatnya adalah lapisan tentang manusia dan aspek-aspek kognitifnya (heart and mind). Lapisan ini terdiri dari dua komponen utama: komponen persona dan komponen siber-persona. Adapun komponen persona merupakan subyek manusia/aktor sesungguhnya yang berada di dalam sistem jaringan di ruang siber, sementara komponen siber-persona merupakan perpanjangan dari lapisan logika yang menjadi perwakilan digital atau identitas pengguna dari subyek manusia/aktor yang berada di dalam sistem jaringan ruang siber tersebut. Selanjutnya, dari tiga lapisan ruang siber ini muncul apa yang disebut sebagai ancaman dan serangan siber bersifat teknis yang fokus menyasar lapisan pertama dan kedua dari ruang siber, serta serangan siber bersifat sosial yang fokus menyasar lapisan ketiga dari ruang siber.

Berdasarkan The Future of Warfare in 2030 (RAND, 2020) perang masa depan akan didominasi oleh perang pada domain siber yang masuk ke dalam tiga kategori tren besar: kontrol informasi; spionase siber; dan sabotase siber. Selanjutnya, berdasarkan tren global ini maka dapat disimpulkan bahwa serangan siber dapat bermanifestasi menjadi serangan siber yang bersifat teknis dan juga sosial bergantung pada cara serangan tersebut bermanifestasi dan implikasinya terhadap ketiga lapisan ruang siber. Berdasarkan eskalasinya, baik serangan siber yang bersifat teknis maupun sosial dapat dikategorikan menjadi tingkatan kriminal biasa (cybercrime), tingkatan kriminal luar biasa (cyber extraordinary crime), atau tingkatan perang (cyber warfare), bergantung pada motivasi, tujuan, dan intensitas serangan tersebut. Pelaksanaan serangan siber terhadap suatu negara pada hakikatnya bisa terjadi kapan saja dan tidak terbatas pada pembagian spektrum waktu secara konvensional: masa damai; masa krisis; atau masa perang, serta dapat dilakukan baik oleh aktor negara maupun aktor non-negara.

Situasi tentang fenomena di ruang siber ini menunjukkan bahwa kecenderungan serangan siber di Indonesia yang bersifat teknis akan menyasar sektor strategis di bidang pemerintahan, diikuti dengan serangan terhadap sektor strategis di bidang jasa (keuangan, perbankan, kesehatan), sektor strategis di bidang kebutuhan sehari-hari/utilities (energi, air, telekomunikasi), dan sektor strategis di bidang pelayanan publik (logistik, pelabuhan laut, dan pelabuhan udara). Di sisi lainnya, kecenderungan serangan siber yang bersifat sosial di Indonesia menargetkan pembentukan opini publik termasuk melalui perang psikologis yang berpotensi menimbulkan dampak pada kehidupan sosial berbangsa dan bernegara dalam rangka mewujudkan ketahanan nasional pada delapan aspek kehidupan (astagatra).

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan