Empat Lembaga Penelitian Negara Ini Dilebur ke BRIN

JAKARTA – Indonesia secara resmi tidak lagi memiliki Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI). Tepat 23 Agustus lalu adalah Hari Ulang Tahun Ke-43 LIPI sekaligus yang terakhir. Begitu pun Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT), Lembaga Penerbangan dan Antariksa Nasional (Lapan), serta Badan Tenaga Nuklir Nasional (Batan).

Empat lembaga penelitian berstatus lembaga pemerintah non kementerian (LPNK) itu dilebur jadi organisasi riset (OR) di Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN). Batan menjadi OR Tenaga Nuklir. Lapan menjadi OR Penerbangan dan Antariksa.

BPPT jadi OR Pengkajian dan Penerapan Teknologi. Kemudian, LIPI menjadi beberapa OR, antara lain OR Ilmu Pengetahuan Hayati dan OR Ilmu Pengetahuan Kebumian.

Seremoni peleburan lembaga-lembaga penelitian tersebut berlangsung pada Senin (6/9) lalu. Kepala-kepala lembaga riset dicopot, kemudian dilantik sebagai pejabat fungsional. Kemudian ditunjuk penggantinya, yaitu pelaksana tugas (Plt) kepala OR.

”Semua sudah dilebur ke BRIN,” kata Kepala BRIN Laksana Tri Handoko kemarin (7/9).

Mantan kepala LIPI itu menyatakan, bukan hanya empat LPNK riset tersebut yang dilebur ke BRIN. Kementerian Riset dan Teknologi (Kemenristek) juga dilebur ke BRIN. Handoko mengatakan, untuk berikutnya menyusul peleburan unit atau badan penelitian dan pengembangan di kementerian dan lembaga.

Di dalam struktur organisasi BRIN ada sejumlah OR yang terkait dengan kementerian atau lembaga lain. Misalnya OR Agama dan Keagamaan yang selama ini ada di Kementerian Agama (Kemenag).

Kemudian, ada OR Kesehatan dari Kemenkes, OR Kelautan dan Perikanan dari Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP), serta OR Pertanian dan Peternakan dari Kementerian Pertanian (Kementan).

Dengan meleburnya lembaga riset, litbang di kementerian, bahkan sampai Badan Riset dan Inovasi Nasional Daerah (Brida), struktur BRIN jadi sangat gemuk. Sebab, mereka memiliki kaki sampai di tingkat kabupaten dan kota.

Mantan Ketua Dewan Riset Nasional (DRN) Bambang Setiadi mengatakan, yang terpenting dari BRIN adalah inovasinya. ”Bukan badannya, risetnya, atau nasionalnya,” tutur dia.

Komersialisasi Penelitian?

Bambang menjelaskan, tugas utama BRIN adalah membuat inovasi yang bisa dijual. Hasil penjualan itu akan masuk dalam produk domestik bruto (PDB). Seperti yang dilakukan di negara-negara maju seperti Korea Selatan, Amerika Serikat, dan Norwegia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan