Menko Luhut Minta Pemda Tak Tutupi Data Covid-19

JAKARTA – Pemerintah terus melakukan berbagai upaya pengendalian Pandemi Covid-19. Menko Marves Luhut Binsar Pandjaitan meminta agar Pemerintah Daerah (Pemda) tidak menutup-nutupi data terkait Covid-19.

“Saya titip kepada Pemda nggak perlu ada angka-angka yang ditutupi. Biar aja dibuka, itu masalah kita rame-rame kok. Nggak ada yang salah. Yang salah kalau kita tutupi, kalau kita patuh dengan protokol itu pasti (angka kasus aktif) turun,” ujarnya dalam keterangannya, Sabtu (14/8).

Selain itu, Luhut juga telah memantau kesiapan daerah terkait fasilitas isolasi terpusat (isoter) dan sentra vaksinasi, salah satunya, kawasan Kota Malang dan Kota Batu. “Jadi, isoter ini sangat penting. Nanti di-testing, tracing ternyata Anda kena ya Anda ikut aja ke isoter, disana kan ada dokternya, obatnya, ada pengecekannya, ada semua. Jadi tidak menulari keluarga kita,” tuturnya.

Luhut meminta kepada masyarakat luas agar tetap berhati-hati pada serangan varian Delta sebab sangat berbahaya. “Nggak tahu tiba-tiba saturasi oksigen di bawah 80. Kalau itu terjadi sudah susah ditolong sehingga angka kematian tinggi,” ucapnya.

Menurut Luhut, apabila telah terjangkit Covid-19 segera masuk ke fasilitas isoter. “Saya mohon bapak-ibu sampaikan ke keluarganya melalui whatsApp, saya sudah sampaikan bahwa kalau kena, tidak perlu malu, masuk saja di isoter,” tegasnya.

Dengan semakin masifnya upaya pemerintah untuk melakukan proses 3T (pengetesan, pelacakan dan pengobatan), vaksinasi, fasilitas isoter serta peralatan pengobatan, Pemda tidak boleh menutup-tutupi data Covid-19. Luhut optimis pandemi dapat diselesaikan.

“Semua saya sudah lihat. Jadi saya lihat ini masalahnya bisa diselesaikan bila kita mau melihat utuh dan menanganinya secara bersama-sama,” ujarnya.

Luhut mengungkapkan, upaya pemerintah untuk mengkarantina penderita Covid-19 di fasilitas isolasi terpusat Buleleng, Bali.

“Seperti waktu saya di Buleleng mereka melakukan itu (isolasi) sehingga di sana relatif aman. Jadi jangan khawatir mengenai angka (kasus aktif), biar aja tinggi. Nanti kalau sudah kita obati pasti turun,” jelasnya.

Alasan perlunya penderita Covid-19 dirawat di fasilitas isolasi terpusat karena untuk kasus dengan gejala sedang hingga berat bila ditangani di rumah maka akan berakibat fatal. “Kalau di rumah, obatnya belum tentu ada, dokter nggak ada, nakes nggak ada, pengukur saturasi oksigen tidak ada,” sebut Luhut.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan