Miris, Jumlah Peternak Rakyat Kini Tinggal 25 Persen

BANDUNG- Jumlah peternak mandiri dan peternak rakyat kini tinggal 21-25 persen. Mereka tidak bisa bangkit setelah mengalami kerugian sejak 2018.

“Jumlah peternak (rakyat dan mandiri) saat ini lebih kurang sisa 100.000-150.000 orang,” ujar Wakil Sekjen Perhimpunan Insan Perunggasan Rakyat (Pinsar) Abbi Angkasa Perdana Darmaputra saat dihubungi wartawan, Rabu (4/8).

Ada beberapa hal yang menyebabkan para peternak banyak yang mengalami gulung tikar. Beberapa peternak di antaranya merasa terpukul oleh para pengusaha besar yang masuk ke pasar becek hingga pengaruh dari dampak Covid-19 yang sampai saat ini belum berakhir.

Lebih lanjut Abbi mengungkapkan, sejak pengusaha besar masuk ke pasar becek, suplai ayam dari peternak ayam terus mengalami penurunan drastis sejak lebih kurang tiga tahun terakhir.

Sebelumnya, sebanyak 55-70 ekor ayam dari peternak ayam diserap pasar. Namun, pada 2020, kapasitas suplainya tinggal 30-32 persen. Tahun ini lebih parah lagi, hanya tinggal 21-25 persen saja.

Modal yang kuat membuat pengusaha besar bisa menekan harga di pasaran. Contoh, harga pokok penjualan ayam di peternak modern Rp17.599 – Rp18.000, peternak rakyat Rp20.000, dan integrator Rp15.000 – Rp16.500 per kilogram.

Dari antara para pengusaha besar ini, awalnya merupakan produsen Day Old Chicken (DOC) yang kini masuk ke berbagai lini perunggasan, termasuk budidaya.

Persoalannya, baik pengusaha besar maupun peternak rakyat bersaing di lahan yang sama karena pengusaha besar tersebut masuk ke pasar becek.

Terlebih lagi dalam kondisi pandemi Covid-19 yang sangat mempengaruhi kelangsungan perekonomian saat ini. Sejak awal pandemi, banyak restoran dan tempat kuliner lainnya tutup sehingga permintaan ayam ke peternak ayam mengalami penurunan signifikan.

Banyak peternak yang menjual sangat murah ayam hasil ternaknya. Mereka pun terpaksa memusnahkan anak ayam umur sekitar 3-10 hari karena merasa bingung membeli pakan ayamnya.

Abbi berharap adanya integrasi menyelesaikan secara komplet hilirisasi dan modernisasi supply chain dan marketing chain. Selain itu, di masa pandemi Covid-19 dan new normal, ada pengendalian arus mobilitas hewan hidup antarprovinsi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan