BANDUNG – Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Orwil Jabar mengadakan diskusi kebangsaan dan keumatan yang berlangsung secara daring pada Rabu (21/7).
Ketua ICMI Orwil Jabar Profesor, Dr, Mohammad Najib, M.Ag mengatakan, tujuan diselenggarakannya diskusi ini untuk mengkaji situasi dan perkembangan kondisi bansa saat ini.
”Khususnya membahas situasi di tengah Pandemi yang mengkawatirkan,”ucap Najib.
Dia menilai, melihat situasi penangan Covid-19 yang dilakukan pemerintah, sudah selayaknya ICMI ikut ambil bagian untuk berkolaborasi bersama berbagai pihak.
”Beberapa organisasi umat yang ada di Jabar kini telah berkolaborasi dengan ACT untuk menjawab permasalahan terkait dengan situasi yang berkembang saat ini,”katanya.
Untuk itu pihaknya pun kini mengadakan diskusi antar orwil daerah dengan pusat untuk menumbuhkan sikap pemikiran kritis dalam menjawab tantangan yang kini dihadapkan.
Sementara itu Ketua Umum MPP ICMI Prof. Dr. Jimly Asshiddiqie, S.H., M.H mengatakan kekurangan dan kesulitan karena Covid-19 memiliki sisi gelap dan terang.
Kondisi ini, seharusnya dimanfaatkan untuk kepentingan yang baik meski ruang publik di negara ini sedang tidak baik-baik saja.
Dia menilai, di era keterbukaan informasi tatanan pemerintah sudah seharusnya memiliki keterbukaan. Hal ini dilakukan agar masyarakat ikut memahami permasalahan yang sedang dialami pemerintah. Dengan begitu, tidak berkembang opini-opini yang menyimpang.
”Saat ini informasi lebih cepat, mudah diperoleh. Namun demikian yang terjadi saat ini bukanlah era informasi melainkan disrupsi informasi,”kata dia.
Hal itu berdasarkan pengambilan kesimpulannya atas beragam info yang berasal dari media-media sosial atuapun media berita tidak terverifikasi.
Dengan berkembang suasana yang tidak menentu, suasana politik pun mengalami polarisasi akut, maka komunikasi informasi di ruang publik ini adalah era dis/miss-informasi. I
”nformasi yang kita peroleh di medsos, 95% tidak bisa dijadikan untuk bersikap dan mengambil keputusan yang adil dan benar,” tuturnya.
“Kalaupun dia faktual, belum tentu kontekstual, kalaupun kontekstual bisa disusun dengan niat yang tidak baik,” tambahnya.
Untuk itu, jika berpegang kepada karakter ajaran Agama Islam memiliki karakter kejujuran dan amanah dalam mengemban tanggungjawab.