Penulis: Andree Surianta
PhD Candidate in Public Policy, Australian National University
Memasuki bulan keenam vaksinasi COVID-19 di Indonesia, tampaknya pemerintah sulit mencapai target untuk menuntaskan vaksinasi pada 70 persen populasi paling cepat akhir tahun ini dan paling lambat Maret tahun depan.
Walau program sudah separuh jalan dari tenggat maksimal 15 bulan, penyuntikan vaksin baru mencapai 14% dari 363 juta dosis yang ditargetkan. Dari sisi pasokan, sampai Juni, Indonesia telah menerima sekitar 70 juta dosis vaksin.
Tenggat waktu ini sesungguhnya sangat ambisius, mengingat keterbatasan jumlah dan tidak meratanya penyebaran sumber daya kesehatan di negara ini.
Tantangan lain yang tak kalah pelik adalah gejolak rantai pasokan vaksin global. Sulit memastikan keamanan pasokan vaksin di tengah perebutan vaksin COVID-19 yang makin sengit antarnegara.
Untuk mencapai target penyuntikan, pemerintah harus mencari tambahan sumber pasokan vaksin, bahkan jika perlu di luar empat produsen yang sudah dipesan agar vaksinasi bisa berjalan sesuai rencana.
Vaksinasi di Indonesia berkejaran dengan kecepatan penyebaran varian baru virus corona yang akhir-akhir ini makin mengkhawatirkan.
Mengejar target kekebalan populasi
Menghadapi darurat pandemi gelombang kedua, Presiden Joko Widodo menaikkan target vaksinasi harian dua kali lipat (2 juta per hari) mulai Agustus mendatang untuk menyelesaikan vaksinasi nasional pada akhir 2021.
Akan tetapi, sejauh ini mencapai 1 juta dosis setiap hari secara konsisten pun masih sulit buat Indonesia.
Memang angka ini sudah pernah ditembus beberapa kali pada akhir Juni 2021, tapi biasanya diikuti dengan penurunan angka vaksinasi pada hari-hari selanjutnya.
Titik tertinggi angka rata-rata vaksinasi dalam siklus 7 harian pun baru 920.000 dosis saja pada awal Juli 2021.
Dalam rapat kerja dengan Komisi Kesehatan Dewan Perwakilan Rakyat 5 Juli lalu, Menteri Kesehatan memperkirakan jika pasokan vaksin stabil, kekebalan populasi yang sudah divaksin bisa tercapai pada November tahun ini.
Estimasi ini dihitung dari ketersediaan total vaksin yang akan melewati 260 juta dosis (70%x363 juta) pada Oktober yang kemudian akan digunakan pada bulan berikutnya. Namun ada sedikit kejanggalan dalam perkiraan ini.