BANDUNG – Kebutuhan Oksigen di Rumah Sakit dan Puskesmas saat ini masih sangat tinggi dibandingkan dengan jumlah pasokan.
Atasi hal demikian, Dinas Perdagangan dan Perindustrian (Disdagin) Kota Bandung lakukan segala upaya agar kebutuhan oksigen di rumah sakit dan puskesmas terpenuhi.
“Kebutuhan belum seimbang dengan pasokan, rumah sakit ditambah menambah bed karena pasien diluar signifikan meningkat 5 kali lipat. Penambahan tempat tidur tidak diimbangi kenaikan oksigen,” ujar Kepala Disdagin Kota Bandung, Elly Wasliah, Kamis (8/7).
Meski kebutuhan oksigen lebih tinggi dibandingkan pasokan, tetapi pihaknya bersama stasiun pengisian oksigen berusaha mengatur pasokan oksigen agar terjamin di rumah sakit dan puskesmas.
Saat ini Kota Bandung mempunyai lima stasiun pengisian oksigen. Pengiriman oksigen dari stasiun tersebut 100 persen disalurkan untuk rumah sakit.
“100 persen untuk medis, tidak untuk industri di filling station,” katanya.
“Sebelum pandemi untuk medis maksimal 20 tabung, waktu awal pandemi hanya 500 tabung, dari awal juni 2021 meningkat menjadi 1.000 tabung kurang lebih,” sambung Elly.
Kapasitas produksi masing-masing stasiun pengisian oksigen berbeda-beda. PT. Aneka Gas Industri dan Samator Gas Industri bisa memproduksi 7.000 hingga 8.000 meter kubik atau setara 1.100 tabung 6 meter kubik.
PT. Sari Angin dapat memproduksi 4.000 hingga 5.000 meter kubik, PT. Trijaya Gasesindo dapat memproduksi 2.400 meter kubik atau 400 tabung gas isi 6 meter kubik dan PT. Sarana Prima Gasindo memproduksi 2.400 meter kubik.
“Total produksi kemarin data masuk ke kami, 22.800 sampai 25.500 meter kubik per hari,” ungkapnya. (mg8/yan)