JAKARTA– Film animasi Nussa akan tayang perdana di 25th Bucheon International Fantastic Film Festival atau BIFAN 2021 yang berlangsung di Korea Selatan pada Juli mendatang.
Sebagai perwakilan dari Indonesia, Nussa akan masuk kategori film keluarga. Film yang disutradarai oleh Bony Wirasmono ini merupakan film animasi panjang pertama Visinema dan The Little Giantz, studio animasi asal Jakarta.
“Kami senang dan bangga, walaupun masih dalam masa pandemi tetapi film Nussa dapat ditonton oleh teman-teman di Korea Selatan,” kata Anggia Kharisma, Produser Nussa dalam sambutannya di BIFAN, dikutip dari siaran persnya.
Menanggapi itu, pegiat media sosial, Eko Kuntadhi menilai, film Nussa merupakan agenda promosi radikalisasi.
“Ada yang bangga Nusa Rara The Movie mau tayang di Korea. Iya, Korea gak terancam khilafah. Bagi mereka film itu derajatnya sama kayak Mr. Bean. Sekadar hiburan,” kata Eko Kuntadhi di Twitter-nya, Sabtu (19/6).
Pria yang mengaku sebagai buzzer ini bahkan menilai film itu merusak kebhinekaan.
“Yang miris kita. Anak-anak Indonesia akan dikira anak Taliban. Film ini merusak kebhinekaan Indonesia. Promosi yang buruk!” ujar dia.
Eko Kuntadhi mengkritik baju yang dipakai karakter Nusa yang dianggap khas Timur Tengah.
“Apakah ini foto anak Indonesia? Bukan. Pakaian lelaki sangat khas Taliban. Anak Afganistan. Tapi film Nusa Rara mau dipromosikan ke seluruh dunia. Agar dunia mengira, Indonesia adalah cabang khilafah. Atau bagian dari kekuasaan Taliban,” tulis Eko Kuntadhi.
Bukan saja itu, Eko Kuntadhi juga menuding mereka yang terlibat dalam proyek animasi Nusa telah menggilas nilai-nilai keindonesiaan.
“Pakaian anak lelaki lebih sering jadi model pakaian bomber. Ketimbang pakaian anak-anak Indonesia. Iya. Tanpa sadar semua yg terlibat dalam proyek itu, sedang menggilas Keindonesiaan,” tuturnya.
Sebelumnya, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), telah angkat bicara terkait film tersebut.
Komisioner KPI, Retno Listyarti mengatakan, dalam cuplikan trailer Film Nussa tidak ada hal seperti yang dituduhkan.
“Kalau melihat trailernya sih tidak ada ucapan atau kata-kata dalam dialog yang mengarah pada mengajarkan radikalisasi maupun anti keberagaman,” kata Retno belum lama ini.