Al-Usthuwaanah al-Qur’ah atau Usthuwaanah Aisyah
Pilar ini juga disebut “Utswaanah Qur-ah” atau tiang undian. Tiang ini juga disebut dengan tiang Muhajirin. Karena sahabat-sahabat Muhajirin sering duduk di dekatnya. Tempat ini awalnya digunakan Nabi sebagai tempat shalat.
Tiang Aisyah terletak di tengah al-Rhaudhah asy-Syarifah. Yaitu tiang ketiga jika dihitung antara dinding makam Rasulullah Shallallahu ‘ Alaihi wa Sallam dan mimbar nabi.
Tiang ini dinamai dengan “Usthuwaanah Aisyah” sebagai pengingat dan penghormatan kepada perjuangan Ummul Mukminin Aisyah radhiallahuanha dalam penyebaran Islam.
Tiang Al-Usthuwaanah At-Taubah/Usthuwaanah Abu Lubabah
Tiang ini merupakan tiang keempat dari mimbar, yang kedua dari kubur, dan yang ketiga dari arah kiblat. Disebut tiang Abu Lubabah memiliki kisah seorang sahabat Nabi yang namanya adalah Rifa’ah bin Abdul Mundzir.
Dulu ketika Perang Bani Quraizhah, Rasulullah mengutus Abu Lubabah radhiallahuanhu kepada Bani Quraizhah. Melihat kedatangan Abu Lubabah, orang-orang Yahudi; laki-laki, wanita-wanita, dan anak-anak berlarian kepadanya.
Kemudian mereka menangis hingga Abu Lubabah merasa iba pada mereka. Orang-orang Yahudi Bani Quraizhah berkata kepada Abu Lubabah, “Hai Abu Lubabah, bagaimana pendapatmu kalau kami tunduk kepada hukum Muhammad?” Abu Lubabah menjawab, “Ya”.
Abu Lubabah berkata seperti itu sambil memberi isyarat dengan tangan ke tenggorokannya, yang artinya siap-siaplah kalian mati.
Abu Lubabah kemudian menyesali apa yang ia ucapkan. Ia berkata, “Aku tidak beranjak dari tempatku ini hingga Allah menerima taubatku atas perbuatanku.
Aku berjanji kepada Allah agar selama-lamanya tidak diperlihatkan pada negeri yang di dalamnya aku pernah mengkhianati Allah dan Rasul-Nya”.
Ibnu Hisyam mengatakan, “Abu Lubabah mengikat diri pada tiang masjid selama enam hari. Pada masa itu, istrinya datang di setiap waktu shalat untuk melepaskan ikatan agar ia bisa mengerjakan shalat. Usai shalat, ia kembali mengikat diri”.
Ummu Salamah radhiallahu ‘anha, berkata, “Taubat Abu Lubabah diterima Allah”. Kemudian ia bertanya kepada Rasulullah, “Bolehkah aku menyampaikan berita gembira ini kepada Abu Lubabah?” Beliau bersabda, “Silakan, jika engkau mau”. Ummu Salamah berdiri di depan pintu kamarnya –itu terjadi sebelum hijab diwajibkan– kemudian berkata, “Hai Abu Lubabah, bergembiralah, karena Allah telah menerima taubatmu”.