Jerit Hati Seorang Perawat Pasien Covid-19 Saat Idul Fitri

Pria kelahiran 3 Juni 1982 itu mengaku selalu berkomunikasi dengan sang pasien. Mulai dari keadaan dirinya, perasaan, gejala hingga awal terpapar Covid-19. Menurutnya, dari sekian banyak pasien yang dirawatnya. Penularan virus tersebut kebanyakan dari keluarga.

“Merawat lansia bukan anak muda. Saat ini merawat lansia 2 orang, dokter spesialis 1 klinik dengan prokes tetap kena. Lansia keluarga usia 36, 50 tahun. Penularan paling banyak keluarga,” ujarnya.

Perawat asal Karawang itu kembali bercerita, awal mulanya menjadi perawat Covid-19 dan memakai APD lengkap. Menurutnya, sangat ribet. Namun setelah terbiasa menjadi ringan.

“Mungkin karena saya baru di Covid, awal ribet tapi sudah memakai mulai terbiasa. Yang menjadi masalah itu APD Covid itu di masker di depan hidung. Karena untuk menghindari yang masuk. Pas pasang tidak masalah. Tetapi buka itu biasanya lecet hitam-hitam,” jelasnya.

“Awal sangat terasa pengap, merawat 3 jam. Ada persiapan memakai terhitung 15 menit dan lepas APD 10 menitan. Menang gerah, meskipun pasang ber-AC,” tambahnya.

Terakhir, ia bercerita kehilangan rekan kerjanya selama belasan tahun akibat Covid-19. Ia merasakan kepedihan hatinya. Sebab, semasa dirawat. Dirinya yang merawatnya hingga meninggal.

“Merawat teman seruangan kerja, teman berkomunikasi selama belasan tahun. Saat itu dia sedang hami 8 bulan dan terpapar Covid-19. Saya merasa sangat sedih sekali atas kepergiannya,” pungkapnya sembari mata berkaca-kaca.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan