Berhasil karena Kekeluargaan, Bukan Kekerasan
JAKARTA – Malam pekat, mereka bertemu di sebuah warung yang disepakati. Ferdyan Indra Fahmi datang, tanpa senjata, tanpa seragam polisi.
Yang hendak ditemui Kapolres Kepulauan Yapen, Papua, itu Noak Orarei, pimpinan kelompok kriminal bersenjata (KKB) –terminologi yang datang dari pemerintah pusat– setempat.
Ada istri dan kakak Noak yang selama ini sudah didekati secara kekeluargaan oleh polisi berpangkat AKBP tersebut.
”Saat itu saya janjikan hapus catatan kriminalnya dan mengangkatnya sebagai adik,” papar Ferdyan ketika dihubungi Jawa Pos dari Jakarta, mengulangi yang telah disampaikannya kepada Noak dan sebelumnya kepada istri serta kakak Noak.
Intinya memang ada pada dialog. Sedari awal memimpin Polres Kepulauan Yapen pada Februari lalu, Ferdyan memilih menjauhi jalan senjata. Mengedepankan persuasi dan dialog dalam menghadapi KKB dengan imbalan restorative justice.
Dan, terbukti efektif. Hasilnya, setelah berbincang dengan Ferdyan pada malam 16 Maret lalu itu, juga dengan istri yang jarang sekali dijumpainya selama lima tahun ini serta sang kakak, keesokan hari (17/3) Noak datang ke Mapolres Kepulauan Yapen.
Noak menyerahkan diri ke Polres Kepulauan Yapen. Membawa dua pucuk senjata api rakitan dengan 15 butir amunisi. Dalam penyerahan diri itu, Noak mau mencium bendera Merah Putih.
Sesuai dengan janji Ferdyan, semua catatan kriminal Noak dihapuskan. Sebuah keberhasilan yang diraih tanpa satu butir amunisi pun yang ditembakkan. ”Saya lega sekali,” kata Ferdyan kepada Jawa Pos.
Sebelum sampai pada titik keberhasilan itu, jalan yang ditempuh Ferdyan dan anak buahnya tak lempeng. Upaya pendekatan kepada istri Noak, misalnya, ditolak.
Tapi, komitmen untuk mengedepankan pendekatan kekeluargaan membuat mereka bertahan. Tim yang ditunjuk melakukan persuasi selalu mendapat petunjuk dari Ferdyan untuk terus bertamu. Terus membawa oleh-oleh, sekadar untuk membantu kehidupan sehari-hari keluarga Noak.
”Sebelumnya, saya mendapat informasi bahwa Noak jarang sekali bisa bertemu keluarga. Anaknya lahir tanpa ditemani Noak,” jelasnya.
Kesabaran itu berbuah. Istri Noak mulai membuka diri. Dan, benar saja, yang paling dia keluhkan adalah sang suami tak pernah ada di rumah.