Makna yang dimaksud ialah masukanlah aku ke dalam surga bersama-sama dengan golongan orang-orang yang miskin. Ahli Shuffah yaitu orang-orang yang hidup di pinggiran masjid, tidak mempunyai sanak keluarga dan harta benda, mereka adalah kekasih-kekasih Nabi Saw.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Orang yang benar-benar miskin itu bukanlah seseorang yang berkeliling meminta-minta kepada orang lain, lalu ia pergi setelah diberi sesuap atau dua suap makanan, dan sebiji atau dua biji buah kurma. Tetapi orang yang benar-benar miskin itu ialah orang yang tidak memiliki kecukupan yang menjaminnya, dan keadaannya pun tidak diketahui sehingga tidak diberi sedekah, dan ia pun tidak mau bangkit untuk meminta-minta kepada orang lain.” (HR. Syaikhan).
Orang miskin yang sesungguhnya ialah orang yang tidak memiliki kecukupan persediaan makanan untuk makan sehariannya, dan ia tidak menampakkan kemiskinannya, yakni tidak suka meminta-minta kepada orang lain.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Sesungguhnya Allah Swt. berfirman, “Hai anak Adam, Aku sakit tetapi ternyata kamu tidak menjenguk-Ku”. ….. Hai anak Adam, Aku meminta makan kepadamu tetapi kamu tidak memberi-Ku makan.” ….. Hai anak Adam, Aku meminta minum kepadamu, tetapi kamu tidak memberi-Ku minum.” Anak Adam menjawab, “Wahai Rabbku, bagaimana aku memberi-Mu minum, sedangkan Engkau adalah Rabb semesta alam?” Allah menjawab, “Hamba-Ku yang bernama Fulan meminta minum kepadamu tetapi kamu tidak memberinya minum, tidakkah kamu ketahui, seandainya kamu memberinya minum, niscaya kamu menjumpai (pahala) hal tersebut berada di sisi-Ku.” (HR. Muslim melalui Abu Hurairah r.a.).
Hadits ini bermakna begitu menyayat dan pilu perasaan seorang fakir dan miskin yang mengalami sakit, mengalami lapar dan kehausan digambarkan melalui perasaan Allah Swt lewat sabda Nabi Muhammad Saw., dan di hadits ini kebesertaan rahmat, pertolongan, dan pahala-Nya selalu menyertai orang-orang tersebut.
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam bersabda, “Cintailah manusia (orang lain) seperti mencintai dirimu sendiri.” (HR. Bukhari).
Dalam hadits lain disebutkan bahwa orang muslim itu hendaknya mencintai orang lain sebagaimana mencintai dirinya sendiri. Dan dalam hadits ini disebutkan secara menyendiri melalui kata perintah, yaitu, “Cintailah orang lain sebagaimana engkau mencintai dirimu sendiri.” Barang siapa yang mengerjakan hal ini, berarti ia adalah orang muslim.