Oleh Drs.H.Karsidi Diningrat, M.Ag
Di antara perkara yang dicela dan dilarang ialah, merendahkan taraf orang miskin karena kemiskinannya, atau menghinanya. Sedang kemiskinan adalah syi’ar para Nabi dan sifat para hamba Allah yang terpilih. Termasuk dicela dan dilarang ialah menyombongkan diri atas kaum fakir miskin, menghina mereka, tidak memperhatikan urusan mereka, dan mengutamakan orang kaya melebihi mereka disebabkan materinya. Semua itu merupakan perbuatan yang terlarang, maka jagalah diri kita daripadanya.
Jika hendak menghormati seseorang, hormatilah menurut kadar penghormatan terhadap Allah dan Rasul-Nya dengan mendirikan segala kewajiban agama, dan mengenal segala hak dan batasan Allah dan Rasul-Nya, tanpa memandang apakah ia dari golongan kaya ataupun miskin.
Apabila antara orang kaya dengan orang miskin terdapat persamaan dalam urusan agama, maka hendaklah orang miskin dilebihkan karena kemiskinannya, kerapuhan hatinya dan karena kurangnya perhatian orang banyak terhadapnya.
Berbeda dengan orang kaya, biasanya pribadi orang yang lalai kerap memberikan penghormatan yang berlebihan kepada orang kaya, disebabkan kebesaran dunia yang ada dalam genggaman tangan mereka.
Allah subhanahu Wa taala telah berfirman, “Dan tahukah kamu apakah jalan yang mendaki dan sukar itu?, (Yaitu) melepaskan perbudakan (hamba sahaya), atau memberi makan pada hari terjadi kelaparan, (kepada) anak yatim yang ada hubungan kerabat, atau orang miskin yang sangat fakir. Kemudian dia termasuk orang-orang yang beriman, dan saling berpesan untuk bersabar dan saling berpesan untuk berkasih sayang.” (QS. Al-Balad, 90:12-17)
Rasulullah shalallahu alaihi wa sallam telah bersabda, “Bagi setiap sesuatu ada kuncinya, dan kunci surga ialah mencintai orang-orang miskin dan orang-orang fakir.” (HR. Ibnu La-al dari Ibnu Umar r.a.).
Kunci surga itu ialah cinta kepada kaum fakir miskin. Dikatakan demikian karena kebanyakan orang yang masuk surga itu terdiri atas kalangan mereka.
Dalam hadits lain disebutkan bahwa mula-mula orang-orang masuk surga ialah kaum fakir miskin dari kalangan Muhajirin. Dan Rasulullah Saw. sendiri pernah berdoa, “Ya Allah, hidupkanlah aku dalam keadaan miskin, dan wafatkanlah aku dalam keadaan miskin, serta masukkanlah aku ke dalam golongan orang-orang yang miskin.”