Oleh Drs.H. Karsidi Diningrat M.Ag
KETAKWAAN merupakan pintu masuk kepada sikap syukur. Dengan demikian, sikap terakhir ini lebih tinggi derajatnya dibandingkan ketakwaan sebagaimana disebutkan dalam firman Allah Swt., “Karena itu bertakwalah kepada Allah, supaya kamu mensyukuri-Nya.” (QS. Ali Imran: 123)
Posisi tinggi yang diperolehnya ini disebabkan kesyukuran merupakan upaya untuk mencurahkan segenap tenaga kepada hal-hal yang dicintai Allah Swt.. Itulah sebabnya, ketika para sahabat bertanya kepada Rasulullah Saw. tentang apa sebabnya beliau masih begitu giat beribadah. Beliau lalu menjawab, “Kenapa aku tidak boleh menjadi hamba yang bersyukur.”
Allah Subhana wa Ta’ala berfirman dalam surat Ibrahim, 14: 7, : “Dan (ingatlah) ketika Tuhanmu memaklumkan, “Sesungguhnya jika kamu bersyukur, niscaya Aku akan menambah (nikmat) kepadamu,, tetapi jika kamu mengingkari (nikmat-Ku), maka pasti azab-Ku sangat berat.”
Dalam surat Al-Baqarah, 2: 152, : “Maka ingatlah kepada-Ku, Aku pun akan ingat kepadamu. Bersyukurlah kepada-Ku, dan janganlah kamu ingkar kepada-Ku.” “Wahai orang-orang yang beriman! Makanlah dari rezeki yang baik yang Kami berikan kepadamu dan bersyukurlah kepada Allah, jika kamu hanya menyembah kepada-Nya.” (Q, 2: 172).
Rasulullah Saw. bersabda, : “Dua hal apabila dimiliki seorang dia dicatat oleh Allah sebagai orang yang bersyukur dan sabar. Dalam urusan agama (ilmu dan ibadah) dia melihat kepada yang lebih tinggi lalu meniru dan mencontohnya. Dalam urusan dunia dia melihat kepada yang lebih bawah, lalu bersyukur kepada Allah bahwa dia masih diberi kelebihan.” (HR. Attirmidzi).
Bersyukur merupakan derajat yang mulia dan pangkat yang tinggi. Allah Subhana wa Ta”ala berfirman, “Dan syukurilah nikmat Allah, jika kamu hanya kepada-Nya saja menyembah.” (an-Nahl, 16: 114)
Bersyukur adalah kunci bertambahnya rezeki dan keberkahan yang Allah Swt turunkan kepada kita sekalian sebagai umat-Nya. Sebaliknya, kufur terhadap nikmat menghancurkan rezeki. Padahal Allah telah memperingatkan, “Makanlah olehmu dari rezeki yang dianugerahkan Tuhanmu dan bersyukurlah kamu kepada-Nya.” (Saba’, 34: 15).
Bersyukurlah kepada Tuhanmu atas setiap nikmat dan keadaan, baik ketika suka maupun duka, lapang maupun sempit. Janganlah kita menjadi seperti orang-orang yang menyembah Allah Swt. di lidah saja. Ketika mendapat nikmat dan kebaikan, kita merasa tenang, ketika ditimpa musibah, kita berpaling. Sungguh manusia itulah orang-orang yang merugi di dunia maupun di akhirat. Dan yang demikian itulah adalah kerugian yang nyata.