Oleh: Najip Hendra SP
Ada pesan menarik yang disampaikan Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil saat memberikan sambutan sesaat sebelum pelantikan pengurus Dewan Pimpinan Daerah (Depidar) Sentral Organisasi Karyawan Swadiri Indonesia (SOKSI) Wilayah IX Jawa Barat di Bandung, Sabtu pekan kemarin. “SOKSI harus merangkul milenial. Harus lebih digital,” kata Gubernur.
Gubernur dengan 13,6 juta follower Instagram dan 3,4 juta penyuka fanpage resmi Facebook ini menilai generasi baru tidak lagi menyukai media luar ruang seperti poster atau baligo. Emil, sapaan Ridwan Kamil, menyebutnya teu usum. Generasi Z lebih suka melakukan riset sederhana melalui mesin pencarian.
“Mereka akan meriset, mengecek di Google. SOKSI teh naon? Kegiatannya apa saja? Ini harus dijawab dengan foto, dengan kegiatan, dan cara-cara kreatif lainnya. Itu kalau mau meraih konstituen baru di era Post-Covid ini. Saya berharap kepengrusan baru ada tim medsosnya,” tambah Emil.
Pertanyaannya, seberapa digitalkah generasi milenial kita? Sebelum itu, seberapa pentingkah milenial bagi SOKSI? Pertanyaan kedua bisa dengan mudah kita temukan jawabannya dalam proyeksi penduduk yang diterbitkan Badan Pusat Statistik (BPS). BPS memproyeksikan generasi milenial akan menjadi generasi mayoritas dalam struktur demografi di Indonesia. Jumlah penduduk Indonesia selama beberapa tahun mendatang terus meningkat, yaitu dari 265 juta pada 2018 menjadi 282 juta pada 2024 dan mencapai 317 juta pada 2045.
Menurut kelompok umur, penduduk milenial berusia 20-35 mencapai 24 persen, yaitu 63,4 juta dari penduduk kategori usia produktif (14-64 tahun) sebanyak 179,1 juta jiwa (67,6 persen). Jumlah yang cukup signifikan. Generasi milenial akan menjadi tumpuan dan menentukan wajah Indonesia di masa depan. Bagaimana dengan Jawa Barat? Hasil Sensus Penduduk 2020 yang dirilis belum lama ini mencatat penduduk Jawa Barat mencapai 48,27 juta jiwa. Dari jumlah tersebut, dua per tiga di antaranya masuk kategori usia milenial atau lahir setelah 1980.
Angka tersebut tentu saja sangat besar. Juga sangat penting. Mereka itulah pemain utama ekonomi Indonesia dalam bonus demografi tahun 2025-2030. Dalam konteks bisnis, memahami karakter milenial dapat digunakan untuk memahami tren produk yang mereka gemari saat ini. Industri juga dapat merumuskan strategi pemasaran (marketing) yang tepat untuk menyasar segmen milenial. Dari sisi politik dan pemerintahan, dapat dipahami atensi milenial dalam berpolitik serta serta kecenderungan mereka dalam melihat masa depan Indonesia.