JAKARTA – Deputi VII Badan Intelijen Negara (BIN) Wawan Hari Purwanto mengatakan kelompok milenial dan anak muda seringkali tidak banyak yang berpikir kritis sehingga menjadi target utama rekrutmen kelompok teroris ini duikarenakan kelompok milenial sering menelan mentah-mentah ajaran yang dibuat dan disasar oleh kelompok teror.
Selanjutnya, kalangan milenial juga dianggap memiliki keberanian. Sehingga, kelompok teror lebih menyasar kalangan milenial. “Mereka (kalangan milenial-red) juga tidak banyak tanggungan. Cenderung emosional dan lebih berpikir pragmatis, apalagi ada iming-iming masuk surga dan lain-lain,” kata Wawan, Sabtu (3/4).
Wawan menegaskan, kalangan milenial harus bersikap kritis terhadap suatu ajaran atau paham baru. Jangan langsung mudah menerima dan menelan mentah-mentah. “Lakukan konfirmasi dan mengecek kembali ajaran-ajaran yang bernuansa radikal,” terangnya.
Peran orang tua dalam mengasuh dan mendidik anak juga menjadi faktor penting. Orang tua harus sering mengontrol anak mulai dari perilaku, teman, hingga buku-buku bacaan. Orang tua juga sebisa mungkin mengontrol sosial media anak-anaknya. Jangan sampai, kalangan milenial yang saat ini melek terhadap teknologi dan perkembangan salah bergaul hingga terhasut oleh paham radikal
“Biasanya yang awalnya riang jadi pemurung. Kemudian hanya berbicara dengan networking yang ada di media sosial karena dia di-drive di situ untuk melakukan apa pun,” ujarnya. (fin)