JAKARTA – Dalam rangka pemulihan ekonomi, Guru Besar ilmu ekonomi Institut Pertanian Bogor (IPB) Muhammad Firdaus mendorong para pengusaha tanaman hias lokal untuk meningkatkan kualitas jual tanamannya agar bisa merambah pasar global.
Firdaus menyampaikan hal tersebut dalam acara diskusi mengenai tanaman hias yang diselenggarakan di Kementerian Pertanian Jakarta, Jumat, (12/3). Iapun meyakini bahwa varietas tanaman hias nasional tidak kalah menarik dari bunga-bunga yang ada di Eropa. Peningkatan kualitas tanaman hias asal Indonesia akan semakin menambah nilai jualnya sehingga bisa mencapai standar ekspor.
“Kalau kita lihat data, kita memang belum pernah muncul sebagai eksportir, tapi juga bukan importir. Selama ini kan tanaman hias masih dikuasai Belanda. Nah harusnya kita juga bisa karena tanaman nasional tak kalah bagusnya dengan global,” kata Firdaus.
Sementara itu, untuk mendukung pebisnis tanaman hias, Kementerian Pertanian telah menyiapkan fasilitas. Kepala Biro Humas dan Informasi Publik Kementerian Pertanian Kuntoro Boga Andri mengatakan, saat ini Kementan memiliki fasilitas balai peneliti tanaman hias di Cianjur Jawa Barat.
Fasilitas tersebut bisa diakses oleh semua kalangan termasuk para pengusaha muda untuk menambah pengetahuan dan kemampuan di sektor tanaman hias.
“Bahkan kita punya program inkubasi YESS sebagai program pemerintah dalam memfasilitasi generasi muda untuk jadi entrepreneur. Silahkan diakses secara baik dan maksimal,” tuturnya.
Program Youth Entrepreneurship and Employment Support (YESS) merupakan program Kementerian Pertanian yang bertujuan untuk melahirkan pengusaha-pengusaha bidang pertanian bagi generasi muda.
Hal itu dilakukan untuk mengantisipasi terus menurunnya jumlah petani pada rentang usia 19-39 tahun di Indonesia.
Mengenai hal tersebut, Ketua Kelompok Tani Mandiri Cianjur Jana Rojana mengatakan bisnis tanaman hias tidak akan pernah surut selama di dunia masih dihuni makhluk hidup.
Menurutnya, bisnis tanaman hias bahkan bisa berkembang lebih besar sering kehadiran varietas cantik dan memiliki nilai jual yang sangat mahal.
“Selama pandemi ini untuk bunga potong memang mengalami penurunan. Tapi saya bilang, bisnis bunga itu selama ada manusia hidup maka akan tetap hidup. Karena itu saya menikmati dan mencintai menjadi penjual dan perawat tanaman hias,” katanya. (antara)