Oleh : Drajat, S.Pd.M.M.Pd.
SEKOLAH? Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia terbitan Balai Pustaka, sekolah adalah bangunan atau lembaga untuk belajar dan mengajar serta tempat menerima dan memberi pelajaran. Sedangkan menurut sejarah sekolah berasal dari kata skhole, scola, scolae atau schola dalam bahasa latin secara harfiah berarti ‘waktu luang’ atau waktu senggang.
Konon kalau kita tilik ke belakang, zaman baheula di Yunani orang-orang memanfaatkan waktu luangnya untuk mengunjungi tempat tertentu yang dapat menambambah ilmu pengetahuan. Awalnya kebiasaan ini dilakukan oleh orang dewasa dan seorang ayah. Perlahan kebiasaan ini berlaku juga bagi putra-putri mereka. Ternyata tempat-tempat yang mereka kunjungi semakin menjajikan, baik dalam ilmu maupun fasilitasnya.
Lambat laun perkembangan sekolah terus mengalami perubahan. Ternyata sekolah tidak hanya tempat mengisi waktu luang kini menjadi ”kewajiban” setiap orang menimba ilmu dan pengalaman belajar. Sebab, di sinilah para juru ”selamat” memberikan lentera kehidupan bagi peserta didik, guru menjadi sosok yang benar-benar digugu dan ditiru. Di sini pula fenomena pendidikan mulai tumbuh dan berkembang. Di mana guru tidak hanya transfer ilmu, lebih jauh lagi pendidikan secara hakiki. Bagaimana menghasilkan peserta didik yang mampu dan sanggup menghadapi perkembangan zaman, yang tidak hanya menjadi penonton akan tetapi sekaligus menjadi pemain, bahkan menjadi ”cange maker” kehidupan di mana pun ia berada.
Muncullah sekolah-sekolah yang menawarkan berbagai macam fasilitas, di mana perhatian lebih dari para guru kepada murid-murid terorganisir dengan baik, termasuk sistem pengajaran. Jelas penikmat sekolah seperti itu hanyalah orang-orang berduit. Hal ini menjadi pemandangan yang tidak bisa dipungkiri, khususnya di kota-kota besar. Pro kontra pun bermunculan, siapa sih yang berhak bersekolah?
Tahun 1960 Coombs, memberikan kritikan yang sangat tajam terhadap sekolah atau pendidikan formal. Di dalam bukunya The World Education Crisis A System Analysis sebagai berikut: Pertama, bertambah pesatnya keinginan masyarakat untuk memperoleh kesempatan pendidikan. Keadaan ini mengakibatkan makin beratnya beban yang harus dipikul oleh sekolah-sekolah yang ada. Akibat negatif dari kenyataan ini adalah persaingan di antara orang tua untuk memasukkan anaknya ke sekolah. Sehubungan dengan itu persaingan tersebut sering merugikan hak anak-anak yang orangtuanya tidak mampu.