BANDUNG – Ketua Harian Satgas Covid-19 Kota Bandung, Ema Sumarna mengatakan, tingkat penyebaran virus korona masih terbilang tinggi. Terbukti dengan persentase kasus konfirmasi yang mengalami kenaikan sebesar 15,9 persen.
Angka tersebut tercatat lebih tinggi dibandingkan tingkat Nasional yakni 7,74 persen dan Provinsi Jawa Barat 14,80 persen.
“Hal ini menunjukkan transmisi penyebaran Covid-19 di Kota Bandung masih tinggi,” ujar Ema kepada wartawan di Balai Kota Bandung, Sabtu (06/03).
Tingginya transmisi virus korona di Kota Bandung diakibatkan karena mobilitas masyarakat yang masuk dan keluar Kota Bandung yang juga masih terbilang tinggi, namun tidak diimbangi dengan kedisiplinan masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan 5M.
“Bisa jadi turunnya kesadaran warga terhadap kediplinan penerapan protokol kesehatan (prokes) karena sudah jenuh, atau memang tidak mau tahu,” paparnya.
Di samping itu, kata Ema, terdapat beberapa faktor lain yang turut memengaruhi peningkatan kasus Covid-19 di Kota Bandung, diantaranya adalah pelonggaran kebijakan (relaksasi) berbagai aktivitas masyarakat dan juga belum terbangunnya tanggung jawab individu sebagai upaya pencegahan penularan virus.
Pemerintah Kota (Pemkot) Bandung juga melakukan langkah-langkah strategis dalam penanganan penyebaran Covid-19.
“Yang akan terus dilakukan oleh kami adalah edukasi masyarakat terkait protokol kesehatan 5M harus lebih masif. Treatment kepada masyarakat agar mematuhi alur pelayanan, disiplin melaksanakan isolasi,” jelasnya.
Ema menuturkan, saat ini Pemkot Bandung juga terus berupaya menyediakan fasilitas kesehatan dan tempat isolasi. Adapun untuk upaya tracing dan testing, masyarakat dapat melaporkan bila menemukan kasus Covid-19 di wilayahnya.
“Pemerintah akan terus melakukan pelacakan epidemiologi dan pemeriksaan lab di setiap temuan yang dilaporkan,” tambahnya.
Ia menambahkan, upaya lainnya yang ditempuh melalui program masif diantaranya dengan mulai memberlakukan penutupan tempat dan fasilitas umum, penyemprotan desinfektan, hingga pengaturan buka tutup jalan.
“Serta pengawasan tempat aktivitas ekonomi, gedung pernikahan/pertemuan,” tandasnya.
Salah satu warga turut menanggapi rendahnya kesadaran masyarakat dalam menerapkan protokol kesehatan. Syawal Febrian menilai, hal tersebut mungkin dikarenakan sebagian masyarakat sudah mulai bosan untuk melakukan protokol kesehatan.
“Karena bosan, terus kayaknya masyarakat sering merasa cemburu sosial. Soal berkerumun kadang suka ada pihak tertentu yang bisa ngadain acara, jadi berkerumun. Jadi kurang respect, jadinya ngikutin,” kata dia.