Cut-Off Vitamin D

Di New York Lia hidup bersama suami: James Sundah –pencipta lagu ”Lilin-Lilin Kecil” yang terkenal itu. Karena itu di awal dan di akhir forum ini dimeriahkan oleh konser musik. Yang menampilkan lagu ciptaan James itu. Yang dinyanyikan oleh penyanyi dari banyak negara. Pemain musiknya pun dari segala macam penjuru dunia.

Lia selama ini dikenal sebagai “anak ideologis” tokoh pers senior saya: Aristides Katoppo –pemimpin redaksi harian Sinar Harapan. Tapi Lia sebenarnya anak pengusaha hotel di Jakarta. Namanya Suntoso Jacob. Bermarga Yap.

“Cita-cita awal saya memang menjadi wartawan. Ternyata jadi lawyer di New York,” ujar Lia.

Menurut dokter Roy, protein yang bisa mengubah sinar matahari menjadi vitamin D-3 adalah yang datang dari susu, yogurt, atau mentega. “Di sinilah yang kita kurang. Mataharinya melimpah tapi minum susu atau yogurt-nya kurang,” ujar Roy.

Roy sendiri ahli hormon. Lulus S-1 dan S-2 dari Universitas Indonesia, Jakarta. Lalu mendalami hormon sampai ke Harvard Medical School, Boston.

Saat di Harvard itulah Roy tahu soal hubungan sinar matahari dengan protein dari susu. Banyak data ia pelajari. Mengejutkan. Terutama data mengenai orang Indonesia.

“Dari 1.000 orang Indonesia yang kekurangan vitamin D sebanyak 950 orang,” katanya. Berarti hanya 50 orang yang vitamin D-nya cukup. Tentu termasuk istri saya. Yang tidak bisa minum susu. Yang level vitamin D-nya 55. Yang karena itu tidak tertular Covid dari saya.

Saya sendiri, saat terkena Covid, baru ketahuan: vitamin D saya hanya 23,4. Bahkan anak wedok saya, Isna Iskan, payah sekali. Level vitamin D Isna hanya 16. Padahal dia itu gila sepeda. Praktis tiap hari menempuh jarak setidaknya 50 Km –kadang 150 Km.

Ternyata sinar matahari saja tidak cukup. Sinar itu harus diantarkan oleh protein susu agar bisa menjadi vitamin D.

Dokter Roy –alumnus SMAN 3 Jakarta itu– kini bekerja di RS Pertamina. Ia ingin agar suatu saat ditemukan cut-off vitamin D khusus untuk orang Indonesia.

“Selama ini belum ada patokan berapa vitamin D minimal yang harus dimiliki orang Indonesia,” ujar dokter Roy.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan