UMKM Masih Sulit Bangkit dengan Bunga Pinjaman yang Masih Tinggi

JAKARTA – Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) masih sulit bangkit meskipun pemerintah sudah menggelontorkan sejumlah insentif. UMKM sulit bangkit lantaran suku bunga perbankan yang masih tinggi di atas 9 persen.

Ekonom LBP Institute, Lucky Bayu Purnomo mengatakan dalam situasi pandemi pelaku UMKM dihadapkan pada permasalahan pembiayaan. Pasalnya, banyak UMKM yang belum pulih meski sudah mendapatkan insentif dari pemerintah.

“Ambil contoh program restrukturisasi kredit, ternyata itu pembayaran kredit hanya ditunda, tapi baik pokok maupun bunganya tetap, tidak berkurang. Misal suku bunga di atas 9 persen, sedangkan UMKM itu ketika pandemi nanti mulai tancap gas, tentu tidak bisa seleluasa itu karena memang beban cicilan dan suku bunga masih sangat tinggi,” ujar Lucky kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (28/2).

Lucky tak menampik, sejak Bank Indonesia (BI) menurunkan suku bunga acuan, ditambah dengan berjalannya program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), tingkat suku bunga komersial perbankan sudah turun dari di atas 12 persen ke level 9,5 persen rata-rata. Namun demikian, bagi UMKM yang usahanya sempat berhenti karena pandemi, untuk mereka bangkit lagi tidaklah mudah, karena harus menanggung suku bunga tinggi tersebut.

“Bagaimana kalau ekonomi membaik tapi bunga 9,5 persen itu masih dianggap memberatkan, kuncinya harus ada penurunan bunga. Karena pokok pinjaman kan tidak mungkin berkurang karena yang dipinjam sesuai agunan. Nah, berarti yang bisa dibantu oleh pemerintah itu adalah bunganya,” kata dia.

Terpisah, Corporate Secretary PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BRI) Aestika Oryza Gunarto mengatakan, bahwa Bank BRI hingga saat ini selalu konsisten untuk menjalankan program pemerintah, termasuk PEN. Terkait suku bunga, BRI menyadari bahwa peranannya sangat sentral bagi UMKM, maka ketika BI 7days reverse repo rate atau bunga acuan BI sudah berada di level terendah yakni 3,5 persen, BRI juga telah merespon dengan menurunkan suku bunga 75 bps – 150 bps.

“Ini merupakan salah satu bentuk dukungan BRI terhadap usaha para nasabahnya, utamanya pelaku UMKM. BRI melakukan review suku bunga secara berkala dan terus membuka ruang untuk penurunan suku bunga. Kami proyeksikan untuk tahun 2021 penurunan suku bunga BRI sebesar 25 bps,” ujar Aestika kepada FIN, kemarin. (Fin.co.id)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan