CIANJUR – Pemkab Cianjur, Jawa Barat, meminta dinas terkait untuk segera mencarikan lahan guna merelokasi sekitar 800 kepala keluarga korban pergerakan tanah di lima kampung di Desa Batulawang, karena lahan yang saat ini terus bergerak dan meluas dapat mengancam keselamatan warga.
“Kami akan segera mencari lahan untuk merelokasi warga di satu RW atau lima kampung yang terdampak pergerakan tanah. Perkampungan yang terdampak sudah tidak dapat ditingggali karena pergerakan tanah terus meluas dan semakin dalam,” kata Bupati Cianjur Herman Suherman di lokasi bencana alam di Cianjur, Sabtu.
Ia menjelaskan, dinas terkait sudah diperintahkan untuk berkoordinasi dengan aparat Desa Batulawang dan Kecamatan Cipanas untuk mencari lahan relokasi yang dinilai aman dan jauh dari pergerakan tanah, sehingga warga dapat hidup dengan tenang dan layak tanpa harus takut kembali dilanda bencana.
Tidak hanya perkampungan, bangunan sekolah SD dan SMP yang terletak di bagian bawah perkampungan juga akan direlokasi karena akses jalan menuju sekolah tersebut ambles dengan kedalaman mencapai 20 meter, sehingga tidak layak untuk digunakan kembali.
Bahkan, untuk membuka kembali akses jalan yang terputus dan membuat ratusan kepala keluarga di lima kampung terisolir akan segera dilakukan, sehingga warga dapat kembali beraktivitas untuk sementara sambil menunggu relokasi karena tanah perkampungan yang mereka tinggali terus mengalami pergerakan.
“Kami sudah menginstruksikan dinas terkait dan BPBD Cianjur, untuk membangun jalan sementara yang dapat dilalui minimal kendaraan roda dua. Akses jalan tersebut, nantinya akan digunakan sebagai jalur evakuasi dan jalur sementara agar warga tidak terisolir,” katanya.
Sementara sebagian besar warga yang mengungsi karena rumah mereka rusak dan terancam pergerakan tanah berharap dapat segera direlokasi. Pasalnya hingga saat ini, mereka terpaksa menumpang di rumah tetangga yang jauh dari lokasi pergerakan tanah.
“Meski berat, kami berharap segera direlokasi karena malu harus menumpang terus. Harapan kami tempat relokasi tidak jauh dari kampung asal karena ini merupakan tanah kelahiran yang tidak mungkin kami lupakan,” kata Siti (45), seorang warga yang rumahnya ambruk terbawa pergerakan tanah. (antara)