LEMBANG – Kawasan Lembang di Kabupaten Bandung Barat (KBB) tak cuma menawarkan wisata artifisial dan wisata alam yang bisa dinikmati oleh para pengunjung di setiap akhir pekan atau saat momen libur panjang.
Lebih dari itu, kekayaan alam Lembang juga menjadi menjadi salah satu wahana yang bisa dinikmati wisatawan lantaran dikemas dalam konsep agrowisata dan edukasi dengan praktiknya
Kawasan yang konsentrasi pada pengembangan konsep agrowisata dan edukasi yakni Desa Cibodas, Kecamatan Lembang, Bandung Barat. Tak ada salahnya sesekali menjajal wisata bercocok tanam saat sambangi Lembang.
Kepala Desa Cibodas Dindin Sukaya menyebut jika agrowisata rencananya dijadikan sebagai primadona di Desa Cibodas. Hal itu mengingat kultur Desa Cibodas yang memang lekat dengan sektor pertanian.
“Agrowisata ini mau dijadikan primadona di Desa Cibodas, itu juga demi meningkatkan taraf hidup masyarakat di sini. Sudah berjalan lama, karena memang kultur wilayah di sini yang merupakan daerah pertanian,” kata Dindin, Senin (22/2).
Pengelola Agrowisata dan Edukasi Halimun Ratna Junianti, 55, mengatakan wisatawan bisa belajar menanam berbagai jenis sayuran maupun membeli sayuran dari kebunnya.
“Konsepnya memang wisata dan edukasi. Selain bisa belajar menanam sayuran, juga bisa membeli sayuran di sini,” ungkap Ratna.
Sebut saja sayuran jenis romaine lettuce atau selada romain, lolorosa atau selada merah, bawang daun, cabai keriting, cabai rawit, terong, tomat ceri, horinzo atau bayam jepang, dan mizuna atau sawi jepang, yang semuanya tumbuh subur di lahan seluas 3.500 meter persegi.
“Bisa juga membeli bibitnya, jadi nanti kalau memang wisatawan mau menanam di rumah jadi sudah siap, karena kan dia juga belajar caranya di sini,” terangnya.
Kendati demikian, pandemi Covid-19 yang menghantam hampir setahun belakangan juga turut berdampak pada jumlah kunjungan wisatawan. Sisi baiknya, penjualan sayuran yang sudah dikemas justru mengalami lonjakan.
“Kalau kunjungan memang sepi, karena kan sedang pandemi juga. Jadi kita mengandalkan penjualan sayuran yang sudah dikemas. Ada yang ke pasar modern, tradisional, dan dijual pribadi secara online. Alhamdulillah naik 25 persen,” jelasnya. (mg6)