Vaksin Nusantara

Kalau Vaksin Nusantara bisa menjadi kenyataan saya pun berani bilang: Terawan memang hanya sebentar menjadi menteri kesehatan tapi jejak yang ditinggalkannya sangat panjang dan dalam. Bagi bangsa ini.

Tentu ada nama lain yang harus disebut: Prof Dr Taruna Ikrar. Beliau orang Indonesia. Tapi menjadi dosen di University of California Irvine. Kampusnya sekitar 1,5 jam dari San Francisco ke arah Sacramento.

Aslinya Prof Ikrar dari Makassar. Masih kerabat dengan Kapolda Metro Jaya sekarang: Moh Fadil Imran. Setelah menjadi dokter dari Universitas Indonesia Ikrar pernah bertugas di Puskesmas Jakarta Selatan. Juga di beberapa daerah lainnya. Lalu ke Amerika Serikat.

Ketika Dokter Terawan menjadi menteri kesehatan, Prof Ikrar diangkat menjadi Ketua Konsil Kedokteran Indonesia. Itulah badan yang sangat menentukan dalam meregistrasi dokter. Baik lulusan dalam maupun luar negeri. Lalu memperbarui registrasi itu tiap lima tahun.

Pengembangan Vaksin Nusantara ini bekerja sama dengan Balitbang Kemenkes. Semua penelitian dan uji cobanya dilakukan di RSUD dr Kariyadi Semarang. Bekerja sama dengan Fakultas Kedokteran Universitas Diponegoro.

Secara keilmuan, Undip akan punya sejarah baru. Nama Undip akan membumbung. Delapan ahli vaksin dari Amerika sekarang berada di Semarang. Bersama ahli dari Undip membidani Vaksin Nusantara ini. Peneliti utama Undip, seperti dr Djoko Wibisono, dr Muhammad Karyana, dan Dr Muchlis Achsan Udji Sofro tergabung dalam tim ini.

Semua relawan uji coba tahap I Vaksin Nusantara ini berasal dari masyarakat sekitar RS Kariyadi Semarang. Termasuk satpam dan tukang parkir rumah sakit. Mereka diambil dari 126 orang yang lolos seleksi kesehatan.

Ming sendiri sudah menjalani suntik Vaksin Nusantara ini. Demikian juga istri dan dua anaknya –yang kebetulan lagi libur dari sekolah mereka di Amerika.

“Sudah berapa lama disuntik Vaksin Nusantara?” tanya saya.

“Sudah lebih dua bulan. Awal Desember lalu,” kata Ming.

Saya lihat Ming segar sekali. Apalagi orangnya tinggi dan ganteng.

“Saya sengaja minta divaksin lebih dulu. Kalau ada risiko saya harus merasakan,” ujar Ming.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan