Kecintaan Daeng Udjo pada Angklung Hingga Kunci Rahasianya Membuat Seni Angklung Tetap Bertahan

“Ada seorang musisi yang bicara ke saya ‘Oh My God, it’s like sounds from heaven, it’s natural’ itu murni kaya angin sepoi-sepoi bunyi bergemerincing namun buka suara tingggg (besi), atau tettt (electric),”ia mencontohkan.

Usahanya tersebut membuktikan bahwa angklung memang bisa mendunia. Alat musik khas Sunda itu nyatanya juga bisa dimainkan oleh siapa saja. Daeng bersama angklungnya berhasil mendobrak batas dan mengenalkan angklung ke luar negeri.

“Jadi saya keliling dunia tidak ada yang tidak bisa untuk bermain angklung. Seluruh dunia di mana pun tidak pernah saya menemukan orang yang tidak bisa bermain angklung,”katanya.

Menurutnya prinsipnya musik itu milik manusia dan angklung merupakan alat musik yang semua orang bisa dimainkan oleh siapapun. Ada suatu getaran yang luar biasa dari angklung.

“Prinsipnya musik itu milik manusia. Semua orang bisa main musik. Angklung itu suatu alat musik yang bisa dimainkan oleh siapapun. Ada suatu getaran yang luar biasa dari angklung,”ujarnya.

Ia lalu menceritakan, ada suatu kisah legenda mengenai mengenai penjajah Belanda yang kucar-kacir karena bambu runcing. Padahal, bambu runcing tidak lebih tajam dari peluru dan tidak bisa meledak seperti granat. Namun, kita tetap harus bangga bahwa dahulu kita melawan penjajah dengan bambu runcing. Kehebatannya bukan karena ketajamannya, namun karena kekompakan dan semangat berjuang bersama.

“Bisa benar. Tapi kehebatannya bukan karena ketajamannya, kehebatannya bukan karena ledakannya tetapi kehebatannya karena bersama-sama, kompak, ada semangat bersama. Dan angklung memiliki hal tersebut terdapat sebuah sinergi,”tuturnya.

“Angklung punya sifat itu. Sinergi bersama itu. Dan itulah kenapa angklung memiliki suatu sinergi atau getaran yang luar biasa,”terangnya.

Ia juga menambahkan bahwa setiap penampilan angklungnya umumnya selalu luar biasa. Bahkan, respon terburuk dari penampilannya “hanya” kata ‘bagus’. Tidak pernah lebih rendah.

“Seperti saat saya bermain angklung di Swiss. Saya tidak bisa bermain secara luar biasa dan optimal karena temperatur disana -3 dan angklung tidak kuat dingin. Dan akhirnya pertunjukannya bagus, sehingga respon terjelek bagi saya, ya itu, ‘bagus’,”tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan