Mahasiswa ITB Ajak Petani Melek Pemetaan, Hasilkan Tiga Jenis Peta untuk Masyarakat

SUMEDANG – Himpunan Mahasiswa Rekayasa Kehutanan (HMH) Selva ITB dan Ikatan Mahasiswa Geodesi (IMG) menggelar kegiatan webinar Geodesi ke Masyarakat (Gemas) IMG ITB Kolaborasi Kemasyarakatan (Borak).

Adapun webinar tersebut diketahui dilakukan bersama petani yang tergabung dalam Forum Petani Gunung Geulis di Sekretariat Forum Gugels di Desa Jatiroke, Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang pada Minggu (13/2/21).

Ketua Departemen Implementasi Karya IMG/ITB, Adhi Permana mengatakan kegiatan webinar itu sebagai kegiatan akhir kegiatan dua kelompok mahasiswa ITB dalam pengabdian kepada masyarakat di Desa Jatiroke Kecamatan Jatinangor dalam hal pemetaan lahan dan batas wilayah.

“Jadi gini, tiap himpunan mahasiswa itu ada program kerja, salah satunya ada pengabdian masyarakat,” kata Adhi saat diwawancara di Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang pada Minggu (14/2).

Ia menuturkan, tujuan pengabdian memasyarakat itu untuk membagikan ilmu ke masyarakat masalah pemetaan wilayah, pengukuran lapangan dan kecocokan wilayah mana yang sesuai ditanami kopi Arabika atau bukan, termasuk mana daerah yang rawan erosi atau tidak.

Menurut Adhi, ada tiga peta yang dihasilkan dari kegiatan pengabdian masyarakat ini, yaitu Peta Batas Lahan, Kerentanan Erosi, dan Potensi Penanaman Kopi Arabika. Ketiga jenis peta ini dibuat berdasarkan citra yang diambil menggunakan drone untuk menghasilkan foto udara yang jelas.

“Sejak bulan September ngambil foto udaranya, setelah dianalisis dengan metode yang kami peroleh, akhirnya pada bulan Februari sudah ada hasilnya. Sebetulnya bisa lebih cepat lagi tapi berhubung Covid 19 jadi terganggu,” ujarnya.

Adhi menjelaskan untuk mendapatkan hasil peta kerentanan erosi, pertama-tama ia harus survei ke lapangan mengambil foto udara memakai drone. Kemudian, hasilnya digabungkan dengan data lain sehingga petanya berhasil disusun.

“Memang untuk menunjang itu harus melihat jenis tanah, curah hujan, kemiringan, tutupan lahan. Dari foto udara yang diambil  bisa terlihat tutupan lahannya. Teknik itu pun sama ketika mau memetakan lahan yang cocok ditanami kopi Arabika,” tuturnya.

Ia juga mendata temperatur, curah hujan, kemiringan, tekstur tanah, dan tutupan lahan. Dari 380 Ha lahan yang dianalisis, kata dia, 92 Ha lahan sudah sesuai dengan tanaman kopi. Sisanya, lahan sudah dipenuhi bangunan dan areal hutan belantara.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan