SOREANG – Sejumlah kegiatan sosial menjadi agenda utama PWI Kabupaten Bandung dalam menyambut Hari Pers Nasional (HPN) 2021. Salah satu agenda sosial yang akan diselenggarakan pada rangkaian HPN 2021 di Kabupaten Bandung yaitu sunatan massal.
Ketua Panitia HPN 2021 Kabupaten Bandung Asep Syahrial menuturkan, sunatan massal yang akan diselenggarakan melibatkan kurang lebih 30 peserta dari sasaran keluarga yang tidak mampu.
“Pendaftaran sunatan massal sudah mulai dibuka. Saat ini sudah ada sekitar 10 peserta. Masih ada kuota, jadi silakan bagi warga Kabupaten Bandung yang kurang mampu, yang ingin mengkhitan putranya untuk mendaftar,” ujar Asep di Sekretariat PWI Kabupaten Bandung, Soreang, Selasa (19/1).
Selain sunatan massal, lanjut Asep, PWI Kabupaten Bandung juga akan menggelar lomba karya foto dan karya tulis jurnalistik. Lomba ini diperuntukkan khusus bagi warga Kabupaten Bandung.
Dalam lomba foto dan karya jurnalistik, PWI Kabupaten Bandung telah menetapkan dua tema perlombaan. Pertama masalah Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan yang kedua mengenai masalah lingkungan
“Tema lomba ini ditetapkan panitia setelah menggelar musyawarah. Peserta yang ingin mendaftar bisa melihat informasi di postingan instagram @pwikabbandung. Hadiahnya cukup menarik,” ucapnya.
Selain itu, lanjut Asep, PWI Kabupaten Bandung juga akan menggelar pelantikan pengurus baru periode 2021-2023.
Pelantikan pengurus baru dilakukan pada rangkaian HPN 2021 sebagai momentum khusus. Bahwa di peringatan HPN ini, PWI Kabupaten Bandung berharap insan pers di Kabupaten Bandung diharapkan lebih independen dan terus berjuang mengawal demokrasi.
“Karena media adalah pilar keempat demokrasi. Di mana insan pers dan media harus hadir menjadi kontrol sosial dan mengawal demokrasi yang sebenar-benarnya. Dan tentu menjadi agen masyarakat membongkar praktik-praktik tirani yang tentu merusak tatanan demokrasi di Indonesia,” imbaunya.
Pada peringatan HPN 2021, PWI Kabupaten Bandung juga telah sepakat untuk mengusung tema “HPN 2021 Momentum Mengembalikan Kebebasan Pers Hakiki”. Tema ini diambil karena kondisi kekinian mengenai pers di Indonesia sudah tidak bebas.
Kekerasan kepada jurnalis masih merajalela. Pembungkaman jurnalis masih tetap ada. Bahkan tindakan-tindakan represif yang dialami teman-teman jurnalis di Indonesia masih terjadi saat melakukan peliputan isu-isu yang sensitif.