JAKARTA – Gejolak harga pangan mulai dari kedelai, cabe, telur ayam, dan daging sapi merupakan peringatan dini kepada pemerintah. Hal ini harus dijadikan tantangan utama dalam menghadapi persoalan sepanjang tahun 2021.
Meredanya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China diduga menjadi faktor penyebab kenaikan harga kedelai. Indonesia yang sebagian besar kedelainya bergantung pada AS, menjadi terdampak ketika China memborong kedelai dari AS.
Momentum baiknya, hubungan dagang AS-China yang berakibat pada kenaikan harga kedelai harus dimanfaatkan. Pemerintah juga harus dapat memperbaiki tata niaga kedelai dalam negeri.
Anggota Komisi IV DPR RI Andi Akmal Pasluddin mengingatkan kepada pemerintah agar selalu waspada pada setiap pergantian tahun. Hingga saat ini, persoalan energi, pangan, pendidikan dan kesehatan menjadi tantangan berat bagi negara ini untuk membuat langkah-langkah menjadi negeri yang berdaulat.
Daulat akan pangan dan Energi semestinya mampu diciptakan tidak terlalu lama akibat dukungan sumber daya alam yang memadai. Untuk penguatan sektor kesehatan dan pendidikan juga akan menjadi sangat vital.
Akmal sangat menyayangkan, bahwa persoalan kenaikan kedelai saat ini sebenarnya kejadian berulang tiap tahun.
“Kenaikan harga kedelai hingga menjadi Rp9.200 per kilogram telah memicu sejumlah protes hingga mogok produksi para perajin tahu tempe. Protes mereka sangat wajar untuk mendapat perhatian pemerintah agar ada solusi berkaitan dengan persoalan harga ini,” terangnya, Selasa (5/1).
Begitu juga dengan harga cabai dan daging sapi. Sejak medio desember, ia memantau ada kenaikan cabai terjadi secara berkelanjutan. Harga rata-rata cabai merah di angka Rp50.300 per kilogram hingga Rp57.300 per kilogram. Sedangkan daging sapi sudah mencapai Rp118.850 per kilogram dari harga normal Rp110 ribu per kilogram.
Ia mengingatkan pemerintah, agar ada formula tersistem dalam menangani persoalan harga pangan ini.
“Saya berharap pemerintah mulai membuat prioritas tinggi dalam menghadapi persoalan pangan dan pertanian ini,” tuturnya.
Diketahui, di awal 2021 para pelaku industri tahu dan tempe sangat terbebani dengan adanya kenaikan harga kedelai yang mencapai hampir sebesar 50 persen. Kenaikan harga kedelai tersebut memukul para pelaku industri tahu dan tempe, sehingga mereka memutuskan untuk melakukan mogok produksi.