BANDUNG – Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Padjadjaran Prof. Nury Effendi memproyeksikan perekonomian domestik maupun global perlahan akan membaik pada 2021.
Meskipun pandemi Covid-19 masih terus eskalasi, ekonomi global diperkirakan akan tumbuh sekitar 4 – 5 persen pada 2021.
“Intinya untuk 2021, (hampir semua lembaga menyatakan) itu optimistis,” ujar Prof. Nury di Bandung, Sabtu (12/12).
Dikatakannya, Indonesia sendiri menurut ASEAN Development Bank diprediksikan mengalami pertumbuhan ekonomi mendekati 5 persen. Prediksi ini terlihat dari pertumbuhan ekonomi Indonesia yang mulai menguat di kuartal ke-2 dan ke-3.
“Jika bicara kuartal ke kuartal, kuartal 2 ke 3 sudah mulai membaik sehingga negatifnya menjadi tidak terlalu tinggi. Kuartal ke-4 juga akan semakin kecil year on year-nya,” katanya.
Menurutnya, nilai tukar rupiah terhadap dollar AS cenderung menguat. Meski dikhawatirkan nilai tukar rupiah akan tembus di angka Rp15.000, dampak ketidakpastian dari pemilu AS menjadikan rupiah cenderung terapresiasi mendekati angka Rp14.000.
Selain itu, ungkap dia, aktivitas pasar modal di Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) juga cenderung naik, walaupun kenaikan ini melahirkan dua sisi mata uang di kalangan pakar ekonomi.
“Meski pertumbuhan dinilai positif, Indonesia tetap dihadapkan pada pekerjaan rumah sebagai dampak dari pandemi Covid-19,” ungkapnya.
Ahli ekonomi makro dan finansial ini menjelaskan, dampak pandemi Covid-19 di Indonesia ialah meningkatnya angka kemiskinan, pengangguran, hingga tingkat kesenjangan. Selain itu, defisit APBN, meningkatnya utang luar negeri, serta menurunnya penerimaan negara juga menjadi pekerjaan rumah di 2021.
“Kebijakan pemerintah untuk menstimulus perekonomian juga harus inklusif. Pemulihan ekonomi tidak hanya di sektor konsumen, tetapi juga harus di sektor produsen. Stimulus di sisi konsumsi dengan adanya bansos maupun sisi suplai berupa bantuan usaha, sudah kita lakukan,” jelasnya.
Ditempat berbeda, Gubernur Jawa Barat Ridwan Kamil mengatakan, pertumbuhan ekonomi digital Jabar tumbuh positif di atas 40 persen. Perkembangannya cukup pesat bahkan di tengah pandemi COVID-19.
“Menurut catatan Bank Indoensia, pertumbuhan ekonomi digital di Jabar termasuk penggunaannya meningkat positif di atas 40 persen. Jadi ekonomi paling tinggi selama COVID-19 adalah ekonomi digital, berikutnya pangan dan lain-lain,” katanya.