Pasak Pendek

Lama setelah Soetjipto meninggal –dan lama setelah perjanjian dengan perusahaan konstruksi itu berlangsung– Ryantori naik mobil dari Surabaya ke Malang.

Tiba di daerah yang menanjak, di dekat Pandaan, truk besar di depan mobilnya itu tidak kuat lagi naik. Ryantori dalam bahaya. Kalau truk itu sampai mundur terkenalah mobilnya.

Tiba-tiba Ryantori melihat kernet truk itu turun. Ia lari ke bagian belakang truk. Ia membawa balok kayu. Ia ganjal ban belakang truk itu dengan balok tersebut. Truk berhenti. Rodanya tertahan balok.

Truk besar biasanya memang selalu menyediakan potongan balok untuk menghadapi tanjakan seperti itu.

Ryantori pun berpikir: bagaimana bisa balok sekecil itu mampu menahan truk sebesar itu.

Lahirlah ide barunya: konstruksi pasak pendek.

Ide ini sangat menarik di bidang konstruksi. Dengan ide ini, kalau suatu saat membangun gedung lagi, saya lebih berani menggunakannya.

Maka sambil melayat di tempat persemayaman jenazah Ryantori di Adi Jasa, saya mendiskusikan keampuhan temuannya itu. Kebetulan, di dalam ruang jenazah, lagi ada misa penutupan peti mati. Secara Katolik.

Saya geleng-geleng kepala menerima penjelasan para manajer Ryantori itu. Temuan konstruksi pasak pendek itu sangat ilmiah.

Ryantori kemudian mematenkannya. Lalu penemuan itu dipasarkan oleh perusahaan konstruksi miliknya sendiri –bersama teman-temannya.

Partner Ryantori –baik yang lama dulu maupun yang baru itu– selalu aktivis dari kalangan pribumi. Saya lihat sendiri teman-teman Ryantori banyak yang pribumi. Ryantori sendiri sudah lupa kalau masih punya nama Tionghoa: Ang Kim Loen.

Kian lama kian banyak orang yang menggunakan konstruksi pasak pendek ini. Termasuk masjid indah di mulut jalan tol di Kertosono. Yang di sana dikenal sebagai “Masjid Moeldoko” –karena Jenderal Moeldokolah yang membiayai pembangunannya. Itulah masjid yang desainnya mirip sekali dengan masjid kementerian BUMN –yang dibangun zaman siapa itu. Memang, menurut kontraktornya, ada perintah untuk mengambil inspirasi dari masjid di kementerian BUMN tersebut.
Masjid Moeldoko.

Gedung Polda Riau juga menggunakannya. Yang tujuh lantai itu. Hemat sampai lebih Rp 20 miliar. Demikian juga RSUD Sidoarjo, Gorontalo, Kantor Bupati Solok, dan Imigrasi Bima. Kian banyak contoh yang juga menggunakannya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan