TANJUNGSARI – Dampak pandemi Covid-19 menyebabkan para pedagang kaki lima kesulitan. Bahkan mereka rata-rata tidak mengetahui jika pemerintah memberikan bantuan untuk Usaha Kecil dan Mikro.
Hal itu dirasakan warga Dusun Cikandang Keusal Desa Raharja Kecamatan Tanjungsari, Ujang Sumpena. Dia mengaku, mendengar pemerintah memberikan bantuan. Namun, ia tidak mengerti bagaimana caranya.
Saat ini dia, sudah kelabakan dengan himpitan ekonomi di tengah pandemi Covid-19.
Ujang yang sehari-hari berjualan telor gulung di beberapa SD di Tanjungsari sangat kesulitan mencari konsumen. Sebab, sekolah diliburkan sampai batas waktu yang belum ditentukan. Sehingga, tidak tempat untuk berusaha.
“Bingung mau jualan keliling ke mana, anak anak SD pada libur. Ada yang main juga gak beli cuma liatin karena mungkin mereka gak dikasih uang jajan sama ibunya. Lebih parah lagi, saya mencari nafkah untuk anak istri bagaimana?” kata Ujang.
Kondisi itu diperparah dengan diberhentikannya bantuan stimulan dari pemerintah terkait dampak Covid-19. Sebab sudah distop karena jangka waktunya tiga bulan. Kini, dia hanya bisa pasrah dengan kondisi ekonomi seperti ini.
“Ya kadang dapet 30 ribu, kadang 20 ribu. Hanya cukup beli beras, kadang lauknya sama ikan asin bahkan sama mie instan,” katanya.
Hal senada dikatakan Diman, pedagang Bubur Ayam yang biasa mangkal di SD Cikandang Desa Raharja. Dia kelimpungan harus mencari konsumen karena daya beli masyarakat menurun. Setiap pagi tak lebih dari 5 mangkok terjual. Padahal, sebelum pandemi sehari bisa sampai 20 mangkok.
“Habis lima mangkok, dikali Rp 5.000, pendapatan kotor Rp 25 ribu. Belum bensin motor, belum bahan baku, paling kebawa ke rumah Rp 15 ribu per hari. Kalau bubur tidak habis ya dimakan sama anak istri,” katanya.
Diman mengaku sudah tak lagi mendapatkan bantuan sembako dari pemerintah sebab sudah habis jatahnya pada Juni 2020 lalu. “Susah ekonomi seperti ini mah, kalau sekolah dan wisata tidak dibuka, ya akan hancur ekonomi rakyat kecil mah,” katanya.
Dampak pandemi Covid-19, tak hanya menimpa pedagang kecil, pengusaha besar seperti pemilik warung Sate Leces Gaul di Jalan Simpang Parakanmuncang pun terkena dampaknya. Dalam sehari tak lebih dari 3 ekor kambing. Padahal sebelumnya bisa habis 8 sampai 12 ekor kambing.