Petani Sayuran Menjerit, di Lembang Tomat Hanya Dihargai Rp1.000 per Kilo

NGAMPRAH – Penurunan harga sayuran di kalangan petani lantaran melimpahnya produksi sayuran di Kabupaten Bandung Barat di tengah pandemi Covid-19 namun permintaan masyarakat berkurang.

Kepala Dinas Pertanian KBB, Heru BP, mengatakan salah satu penyebab melimpahnya sayuran karena banyak masyarakat yang beralih menjadi petani sayuran.

“Tidak sedikit buruh atau pekerja industri yang dirumahkan. Selain itu, tidak sedikit juga masyarakat yang menanam tanaman dapur di pekarangan rumah,” kata Heru, Kamis (10/9).

Tak hanya itu, banyak juga para petani bunga di Parongpong yang akhirnya beralih menjadi petani sayuran karena lesunya penjualan bunga selama beberapa bulan belakangan.

“Salah satu contohnya di Parongpong, tidak sedikit petani bunga yang beralih ke sayuran lantaran harga bunga yang turun,” jelasnya.

Heru menyebut, upaya relevan yang saat ini harus dilakukan adalah membuat produk olahan dari bahan sayuran yang kemungkinan besar meningkatkan nilai jual.

“Sayuran merupakan tanaman yang berumur pendek. Bisa saja kita membuat olahan seperti saus yang berbahan tomat maupun cabai agar nilainya meningkat,” katanya.

Dia menilai, agro industri memiliki potensi yang mampu mengangkat taraf ekonomi masyarakat para petani. Oleh karena itu, fungsi keberadaan kelompok tani di KBB harus dimaksimalkan.

“Jika hanya mengandalkan penjualan sayuran segar tentunya akan sulit. Oleh karena itu, agro industri akan dimaksimalkan sekarang. Salah satunya dengan memberikan bantuan peralatan industri,” pungkasnya.

Dua komoditas sayur yang saat ini harga jualnya sangat murah yakni tomat dan cabai. Tomat dari petani biasanya dijual seharga Rp 9000 per kilogram, kini harga jualnya hanya Rp 1000 per kilogram bahkan pernah hingga Rp 600 per kilogram. Harga cabai yang biasanya dijual Rp 40 ribu per kilogram kini menjadi Rp 7000 per kilogram.

“Semua jenis sayuran sekarang harganya anjlok, terutama tomat sama cabai. Ya sekitar dua bulan ini lah anjloknya,” ujar Tihar (46) petani di Lembang.

Biaya operasional yang harus dikeluarkan Tihar setiap musim tanamnya mencapai Rp 130 juta. Modal itu diasumsikan bakal kembali jika panen sayuran yang ditanam berhasil dengan harga jual tinggi ke para pengepul

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan