SOREANG – Harga sayuran di pasar tetap stabil, meskipun para petani sayuran mengeluh karena harga jual sayuran yang di panennya mengalami kehancuran.
Kepala bidang Perdagangan Dalam dan Luar Negeri Dinas Perdagangan (Disperindag) Kabupaten Bandung, Perdana mengungkapkan, berdasarkan informasi dari Dinas Pertanian, memang benar harga produk pertanian di kebun sedang hancur, kecuali bagi pertanian yang masih menjalin kontrak. Meskipun, harga produk pertanian di kebun sedang menurun, namun harga di pasaran justru relatif stabil.
”Di sektor perdagangan relatif aman, paling turun Rp500 sampai Rp1.000 tidak terlalu berpengaruh. Meskipun, cerita dari petani di kebun, memang harganya sedang hancur pisan,” kata Perdana saat di konfirmasi melalui telepon seluler, Minggu (6/9).
Menurutnya, solusi tidak ada kehancuran terhadap produk pertanian maka seharusnya ada kerjasama berupa MoU. Sehingga, harga produk pertanian bisa stabil karena adanya kontrak dan para petani tidak akan mengalami kerugian.
”Misalnya petani menjual produknya ke salah satu supermarket untuk sekian musim tanam atau panen. Jadi, harganya lebih stabil dan bagus, meski harga lagi menurun, tetapi apabila sudah kontrak maka akan tetap stabil,” jelasnya.
Perdana memprediksi jatuhnya harga produk pertanian di kebun, bisa saja disebabkan oleh daya beli masyarakat yang berkurang akibat pandemi Covid 19. Selain itu, juga bisa disebabkan karena supply produk pertanian yang sedikit, karena jika dilihat di lapangan, banyak produk pertanian yang dibiarkan begitu saja di kebun.
”Menurut data yang diterima Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kabupaten Bandung, harga produk sayuran dan kebutuhan pokok lainnya di pasaran relatif stabil, bahkan ada yang naik,” pungkasnya. (yul/rus)