BANDUNG – Pandemi Covid-19 berdampak besar terhadap bisnis penerbangan. Itu terlihat dari sepinya pengunjung yang datang ke Bandara Internasional Jawa Barat (BIJB) di Kabupaten Majalengka sebagai bandara Internasional.
Direktur Utama PT BIJB, Salahudin Rafi mengatakan, pihak manajemen sudah mengambil inisiatif untuk melakukan penghematan selama pandemi Covid-19 dan penerapan adaptasi kebiasaan baru (AKB).
Menurutnya, hal tersebut dilakukan untuk mengefisiensikan sehingga ketika penerbangan pulih dari efek pandemi Covid-19. Sesuai dengan arahan dari Pemprov Jabar.
“Kondisi seperti ini ada arahan efisiensi kami lakukan. Sejak operasional penerbangan berhenti, jam operasional bandara sudah berkurang. Untuk AC dan lampu sudah kita matikan,” kata Salahudin di Bandung, Jumat (4/9).
Salahudi mengaku, kegiatan karyawan BIJB mulai berkurang sejak penerapan sistem kerja di rumah selama pandemi dan AKB. Sehingga para karyawan kini berada dalam status stand by call. “Jadi kalau dibutuhkan, kita kontak, dan karyawan siap. Ini juga dalam rangka efisiensi,” ungkapnya.
Rafi menambahkan, upaya penghematan akan terus berjalan sambil menunggu kedatangan penumpang normal kembali. Menurutnya, hingga bulan September penumpang yang memakai pesawat belum akan tumbuh tinggi. “Rata-rata masih di bawah 30 persen kursi yang terisi belum sampai 100,” ujarnya.
Meski melakukan penghematan, Rafi memastikan manajemen terus mematangkan rencana penerbangan umrah yang ditargetkan bisa digelar pada Oktober-November mendatang.
Pihaknya juga sudah mulai melakukan persiapan-persiapan untuk keberangkatan Haji 2021. “Sudah kami siapkan. Nah, sekarang penghematan terus dilakukan sambil menguatkan strategi pemulihan bisnis,” paparnya.
Terpisah, Kepala Badan Pusat Statistik (BPS), Suhariyanto, menyatakan pemulihan sektor pariwisata akan membutuhkan waktu yang sangat lama. Pasalnya, mobilitas masyarakat di tempat transit tercatat 35 persen di bawah normal pada akhir Juli 2020.
“Seiring pergerakan di tempat transit ini, untuk sektor pariwisata pemulihannya akan butuh (waktu) sangat lama,” ungkap Suhariyanto dalam video conference.
Ia menjelaskan tempat transit yang dimaksud adalah bandara dan stasiun bus. Sehingga, rendahnya mobilitas masyarakat di tempat transit berpengaruh pada jumlah penumpang pesawat dan bus.
“Dampaknya bisa dilihat pada jumlah penerbangan dari berbagai bandara di Indonesia dan juga jumlah penumpang pesawat,” jelansya