BANDUNG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Pemprov Jabar masih memiliki pekerjaan rumah (PR) untuk menyerap anggaran Covid-19 yang bersumber dari bantuan pusat atau APBN.
Berdasarkan data yang diterima Jabar Ekspres dari Dinkes Jabar, bantuan pusat mencapai angka Rp 255 miliar. Hingga bulan Juli kemarin, baru terserap di angka Rp 200 miliar atau sekitar 70 persen.
“Dari Rp 255 miliar alokasi sudah direalisasikan hampir 70 persen (hampir Rp 200 miliar) hingga Juli kemarin,” kata Kepala Dinkes Jabar, Berli Hamdani saat dikonfirmasi Jabar Ekspres, Rabu (26/8/20).
Sisa dana yang bersumber dari APBN itu tercatat sekitar Rp 55 miliar lagi. Rencana untuk pembayaran mulai dari biaya tes (rapid dan swab test) serta insentif tenaga medis (nakes) sampai akhir Desember 2020 yang diproyeksikan mencapai Rp 51 miliar dan diprediksi efisiensi sekitar Rp 4 miliar.
Sementara, kata Berli, dana penanganan Covid-19 yang bersumber dari APBD Provinsi Jabar justru serapannya sangat baik yakni di angka Rp 97 persen, dari alokasi pagu Rp 48 miliar terserap di angka Rp 47 miliar. “Sisa Rp 1 miliar sudah kami kembalikan ke kas daerah,” ungkapnya.
Berli merinci, langkah awal dalam penanganan Covid-19 lebih terfokus pada pengadaan test kit Covid-19, Alat Pelindung Diri (APD), alat kesehatan dan bahan habis pakai untuk laboratorium.
Sebab, kata dia, permasalahan yang dihadapi ialah ketersediaan barang tersebut di pasaran dan tingginya harga yang diberikan oleh pihak penyedia.
Tak hanya itu, ungkap dia, pihaknya pun lebih memprioritaskan untuk pemenuhan kebutuhan operasional BPSDM Provinsi Jawa Barat yang dijadikan sebagai tempat isolasi pasien.
“Alokasi anggaran dari APBD itu digunakan juga seperti makan-minum pasien isolasi maupun nakes yang merawatnya. Pemenuhan alat rumah tangga, linen dan furniture ruang/kamar fasilitas di BPSDM yang dimodifikasi agar layak untuk pasien isolasi,” ungkapnya.
Berli menyampaikan, pasien yang diisolasi di Kantor BPSDM Jabar bertempat di Kota Cimahi tidak sebanyak perkiraan awal, yaitu sekitar 1.000-an pasien dalam sebulan. Tercatat, dari awal pemakaian sekitar April-Agustus hanya 637 pasien.
“Yang masih dirawat sampai saat ini tinggal 10 orang. Mudah-mudahan tidak terjadi lonjakan lagi,” paparnya.