BANDUNG – Selain wabah Covid-19, kasus Demam Berdarah Dengue (DBD) juga masih menjadi perhatian Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar. Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Barat mencatat, Kota Bandung menjadi daerah dengan kasus DBD tertinggi di Jawa Barat. Sejak Januari hingga Mei 2020, angka DBD di kota Bandung cukup tinggi, terdapat 1.748 kasus. Dari jumlah tersebut, 9 pasien di antaranya meninggal dunia.
Menyikapi endemi DBD tersebut, Persatuan Renang Seluruh Indonesia (PRSI) Jawa Barat melakukan tindakan pencegahan DBD, setelah beberapa hari lalu melaksanakan test rapid Covid-19. Kini, PRSI Jabar melakukan pengasapan (fogging) di seluruh area dan fasilitas latihan akuatik di lingkungan kolam renang prestasi Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Jawa Barat.
Ketua PRSI Jawa Barat Ir Verdia Yosef mengatakan, sesuai arahan dari Pemprov dan KONI Jawa Barat, bahwa saat ini kesehatan menjadi prioritas utama. Oleh karena itu, pihaknya fokus kepada kesehatan seluruh atlet akuatik Jawa Barat dengan melaksanakan pengasapan di area kolam renang prestasi. ”Insya Allah kegiatan fogging yang kami lakukan sebagai ikhtiar mencegah wabah DBD dapat langsung memberantas nyamuk yang meresahkan ini. Pemberantasan sarang nyamuk adalah strategi utama untuk pencegahan DBD,” kata Verdia dikutif dari Sindonew.com, Senin (22/6).
Menurutnya, PRSI Jabar melakukan penanganan tehadap demam berdarah sejak awal. Sebab, pihaknya tidak mau main-main dengan prioritas kesehatan atlet cabang olahraga (cabor) akuatik. ”Jadi kami saat ini tidak hanya mengurus pencegahan penyebaran Covid-19, tapi mengawasi juga kemungkinan wabah penyakit lain,” jelasnya.
Sementara itu, Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jawa Barat belum memutuskan untuk membuka sarana olahraga. Mereka masih merumuskan protokol kesehatan yang akan diterapkan, khususnya kegiatan olahraga yang melibatkan kontak fisik.
Ketua Divisi Pelacakan Kontak, Pengujian Massal, dan Manajemen Laboratorium Gugus Tugas Percepatan Penanggulangan covid-19 Jabar, Siska Gerfrianti, terus melakukan koordinasi dengan KONI Jabar. Selain aturan, pembahasan antara kedua belah pihak berkaitan dengan penentuan tahapan cabang olahraga mana saja yang memungkinkan bisa kembali beraktivitas. ”Ini protokolnya harus ditentukan dulu karena sekarang kita ada di level 2-3,” kata Siska dikutip dari merdeka.com