Reformasi Politik Ala Muawiyah Bin Abu Sufyan

Ketiga, uzlah (mengasingkan diri). Ada sahabat-sahabat Nabi yang tidak mau terlibat dalam permasalahan ini dan mereka pun pindah dari pusat konflik. Mereka tidak mau berperang dengan saudara sesama mukmin. Mereka adalah Abdullah bin Umar, Saad bin Abi Waqqash, dan lainnya.

Inti dari permasalahan Ali-Muawiyah adalah perbedaan cara qishash ini. Muawiyah sendiri tidak mengklaim bahwa dirinya khalifah umat Islam dan tidak berniat merebut kekhalifahan. Hanya saja ia dan penduduk Syam tidak mau baiat (sumpah setia) kepada Ali karena permasalahan terbunuhnya Utsman tersebut, dan inilah yang menjadi penyebab Perang Shiffin. Perang yang terjadi antara Ali dan Muawiyah ini berakhir dengan perdamaian.

Namun pada hakekatnya tidak ada kebencian diantara dua tokoh tersebut, bahkan saat kabar tentang khalifah Ali yang terbunuh sampai kepada Muawiyah, ia menangis. Istrinya berkata, “Kamu menangisi orang yang memerangimu?” Muawiyah menjawab, “Diam saja lah kamu. Kamu tidak mengetahui berapa banyak manusia kehilangan keutamaan, fikih, dan ilmu karena kematian dia”.

Ketika Khalifah Ali bin Abi Thalib terbunuh, kaum muslimin sempat mengangkat putranya, Sayyidina Hasan bin Ali. Namun melihat keadaan yang tidak menentu, setelah tiga bulan, akhirnya Sayyidina Hasan mengundurkan diri dan menyerahkan jabatan khalifah kepada Muawiyah bin Abi Sufyan. Serah terima jabatan itu berlangsung di Kota Kufah. Tahun inilah yang dalam sejarah dikenal dengan Amul Jama’ah (Tahun Kesatuan). Dengan demikian, Muawiyah resmi menjadi khalifah.

Kekhalifan Serasa Kerajaan

Menurut catatan sejarah, secara kepribadian, Muawiyah termasuk muslim yang saleh. Menjaga ibadah meski dia menanggung beban memimpin kekhalifahan yang wilayahnya sudah sangat luas. Ciri khas seorang Muawiyah menurut Umar bin Khattab adalah suka makan makanan yang lezat dan bergaya seperti raja. Bisa dimengerti mengapa Muawiyah melakukan hal itu karena ia memang berasal dari kabilah terpandang di masyarakat Arab. Itu terbukti setelah menjadi khalifah, sistem yang dipakai mengacu pada sistem kerajaan. Salah satu yang nampak jelas adalah dalam menempatkan Yazid bin Muawiyah sebagai khalifah, menggantikan posisinya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan