Menurut Syarif, fungsi CPAP yang hanya dibutuhkan pasien COVID-19. Untuk mengoperasikan ventilator sederhana ciptaannya itu pun, bisa dioperasikan dokter umum bahkan perawat.
Hal itu akan membuat ventilator dapat digunakan secara masif dan diproduksi karena alatnya sederhana. Dengan demikian, diharapkan dengan cepat dapat mengatasi masalah.
Hingga saat ini, lanjut dia, belum ada data pasti berapa kebutuhan ventilator pada saat ini. Namun perkiraan sejumlah dokter dibutuhkan sekitar 8.000 hingga 10.000 ventilator pada saat ini.
“Saya berharap sekitar 8.000 ventilator itu dapat diproduksi dalam waktu dua minggu saja, karena kalau terlambat tidak ada gunanya,” kata dia lagi.
Pihaknya akan melibatkan industri terutama Badan Usaha Milik Negara (BUMN). Pihak swasta, kata Syarif, juga banyak yang berminat.
“Masalahnya saat ini bukan kapasitas produksi, tapi penyiapan bahan baku yang masih harus diimpor. Ada beberapa komponen elektronik dan motor penggerak pompa masih harus diimpor,” tuturnya.
Meski demikian, Syarif menyebut sekitar 70 persen komponen ventilator sederhana itu merupakan komponen dalam negeri.
“Saya berharap pemerintah segera menyiapkan data berapa yang harus diproduksi, sehingga industri juga bisa menyiapkan berapa yang harus diimpor komponen-komponennya,” harap Syarif lagi. (antara)