BANDUNG – Setelah dua minggu lamanya siswa menjalankan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), tenaga pendidik turut evaluasi proses PJJ. Sejauh ini, sebagian guru berpendapat pelaksanaan PJJ dinilai berjalan baik.
Seperti yang dikemukakan oleh kepala Humas SMPN 8 Bandung, Cucu Hayati sejauh ini sekolah belum menerima keluhan secara langsung terkait PJJ
”Alhamdulilah berjalan lancar selama PJJ baik guru maupun siswa di SMPN 8 tidak mengalami kendala. Karena baik program mata pelajaran maupun jadwal pelajarannya dari bapak ibu guru sudah dipersiapkan dan dibagikan dari ke grup whatsapp info dinas SMPN 8 Bandung juga ke walikelas untuk di sampaikan ke grup whatsapp kelas masing-masing,” ungkap Cucu kepada Jabar Ekspres, Senin (30/3).
Hal serupa dikemukakan oleh salah satu tenaga pengajar di SDN 247 Sukapura, Windy Andriyanti. Menurutnya, meskipun terdapat beberapa kendala, sejauh ini PJJ dinilai berjalan lancar.
”Selama dua minggu kemarin kegiatan (PJJ) berjalan lanca. Sesuai skenario yang sudah direncanakan guru-guru. Hanya sebagian kecil saja siswa yang tidak mengikuti. Kendalanya karena sedang sakit atau tidak punya handphone. Tapi pembelajaran tetap berlangsung kok, caranya tugas yang dikerjakan secara manual nanti disimpan sampai masuk sekolah lagi. Atau ada juga yang tugasnya dititip sama temen sekelasnya yang deket rumahnya. Sehingga para guru tetap bisa memantau PJJ-nya,” ujarnya.
Dia mengatakan, penerapan PJJ tentu memiliki kelebihan dan kekurangan, baik untuk siswa, orang tua, maupun guru atau sekolah. Dia berpendapat adanya PJJ yang mengharuskan anak belajar di rumah akan meningkatkan sense of belonging (rasa memiliki) diantara anggota keluarga, terutama melalui kegiatan beribadah dan makan bersama. Adapun kelebihan yang didapat oleh sekolah adalah meningkatkan pemahaman dan keterampilan dlm pengelolan pembelajaran jarak jauh kaitannya dgn penggunaan alat komunikasi berbasis IT.
”Kalau kekurangannya, anak-anak kurang bisa berekspresi dan bersosialisasi karena lahan terbatas hanya di rumah saja. Terutama untuk anak yang orangtuanya masih bekerja dan tidak memiliki alat komunikasi (gawai) sendiri. Sementara itu, kekurangan yang dirasakan oleh sekolah ialah belum semua guru memahami konteks PJJ,” tandas Windy.