Banjir Bandang Terjang Gununghalu Sebabkan Rumah Terendam hingga Jembatan Putus

GUNUNGHALU – Sedikitnya 15 rumah, 1 pesantren, dan 2 jembatan mengalami kerusakan akibat banjir bandang di Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat (KBB), pada Kamis (26/3/2020) petang.

Banjir bandang itu menerjang tiga desa di Kecamatan Gununghalu, Kabupaten Bandung Barat (KBB) akibat Sungai Cidadap meluap, hingga saat ini aktivitas sejumlah warga terganggu.

Aktivitas warga terganggu lantaran dua jembatan penghubung yang terputus membuat warga terpaksa mencari jalan alternatif dengan jarak tempuh yang cukup jauh.

Dua jembatan penghubung yang tergerus banjir bandang tersebut yakni jembatan beton di Kampung Cipari RT 1/23, Desa Sirnajaya dan satu lagi jembatan kayu di Kampung Ciawitali RT 2/7, Desa Gununghalu.

Camat Gununghalu, Hari Mustika mengatakan, akibat jembatan itu terputus, warga di dua kampung tersebut harus melewati jalan anternatif dengan jarak tempuh 4 dan 6 kilometer, sehingga aktivitas mereka sedikit terganggu.

“Dua jembatan yang terputus itu menghubungkan dua RW dan akses utama masyarakat. Rata-rata panjangnya mencapai 14 meter,” ujar Hari saat dihubungi melalui sambungan telepon, Minggu (29/3).

Hari memastikan, meski ada dua jembatan yang terputus, warga di dua desa tersebut tidak sampai terisolir karena jalan alternatif yang ada, kondisinya masih layak digunakan.

“Jembatan beton di Desa Sirnajaya sudah tidak bisa dilewati motor, kalau yang di Desa Gununghalu hanya jembatan biasa untuk jalan kaki. Tapi keduanya tetap dibutuhkan masyarakat,” ucapnya.

Ia mengatakan, untuk jembatan bambu di Desa Gununghalu masih bisa langsung dibangun jembatan darurat, namun untuk jembatan beton di Desa Sirnajaya harus langsung diperbaiki.

“Terkait perbaikan jembatan kami sudah mengajukan ke BPBD KBB karena sudah masuk tanggap darurat bencana,” kata Hari.

Sementara Ketua LSM Trapawana, David Riksa Buana, menyebut banjir tersebut disebabkan kerusakan kawasan hutan di sekitar Daerah Aliran Sungai Cidadap, yang meluap dan menyebabkan banjir.

“Banjir bandang tahun ini memang yang terbesar, tetapi daya rusaknya rendah. Ini karena banjirnya tidak membawa material kayu besar seperti tahun sebelumnya,” ungkap David.

Pihaknya menyebut diperlukan Rencana Kerja Tindak Lanjut untuk mencari akar permasalahan dan penyebab dari banjir bandang tersebut, karena sudah tiga kali berturut-turut terjadi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan