Para Single Mother yang Mandiri dan Bisa Maju Lewat Teknologi

Kristina. Ibu Tunggal asal Medan ini mampu mendobrak stigma bahwa perempuan tidak bisa mandiri. Warung yang ia dirikan sejak 1997 silam menjadi sumber pendapatan baginya dan tiga orang anaknya. Awalnya,dia mengaku cukup kewalahan menjalankan warungnya seorang diri karena harus membagi waktu untuk mengurus anak dan belanja berbagai kebutuhan warungnya. “Sejak memanfaatkan teknologi GrabKios, sekarang bisa menjadi lebih hemat dan juga bebas mengatur kebutuhan toko setiap kali belanja. Enggak perlu menyewa becak bermotor setiap kali mau belanja. Ongkosnya bisa ditabung. Semua bisa dikontrol lewat telepon genggam saya. Pembeli semakin ramai karena kini saya bisa menawarkan layanan seperti pembayaran tagihan PLN, BPJS, PDAM, juga pembelian pulsa dan paket data,” ungkapnya.

Lain padang, lain belalang. Setelah kehilangan pekerjaan sebagai tim administrasi cadangan, Ibu Tunggal asal Surabaya ini tidak putus asa. Bermodalkan motor ber-STNK, SIM, KK dan SKCK, Dewi mulai menjadi mitra pengemudi GrabBike 2 tahun lalu. Dewi membuat jadwal untuk dirinya sendiri, selama hari Senin sampai Jumat, ia bekerja menjadi mitra pengemudi, sedangkan di hari Sabtu ia ambil libur yang biasanya dihabiskan dengan sang anak, sedangkan di hari Minggu, ia digunakan untuk berjualan. “Dari awal memang sudah berencana kalau ada sisa uang penghasilan nge-Grab bakal dijadikan modal usaha. Saya juga berpikir, usia seseorang itu semakin lama semakin tua. Saya tidak bisa selamanya menjadi driver karena tenaga saya pasti menurun nantinya. Tapi saya senang sekali di usia 31 tahun ini saya dipertemukan dengan Grab. Saya bisa mencari nafkah untuk anak dan keluarga saya. Pilihan yang tepat untuk saya yang seorang single parent,” pungkasnya.

Usia tidak boleh menjadi penghalang. Memasuki usia ke-38, Lestari Hendrawati mengakui bahwa kian sulit mencari pekerjaan. Namun, Ibu Tunggal asal Bandung ini membuktikan bahwa kegigihan pasti berbuah manis. “Saya sempat berpikir, apa cari kerja ke Jakarta, tapi nanti anak-anak sama siapa? Akhirnya saya pilih menjadi mitra pengemudi GrabCar di Mei 2017. Pendapatan juga ternyata lebih banyak di online. Dibilang lelah, ya lelah, tapi sebatas kaki saja. Kalau hati mah tidak. Kalau saya lelah, saya cuma satu pikirannya, saya kerja buat anak-anak. Kalau nggak narik, anak-anak dari mana makan dan minumnya. Niat dan jaga kesehatan, itu yang penting bagi saya. Teknologi benar-benar membantu setiap orang, termasuk saya,” ujar Ibu dengan empat anak ini.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan