“Kasus meninggal mayoritas bukan murni karena virusnya tapi karena kondisi komorbid yaitu penyakit pendamping. Dia sudah punya sakit kemudian terinfeksi virus karena punya sakit, daya tahan tubuh rendah, masuk, sakit jadi tambah parah,” kata Daeng.
Diterangkan Daeng, persentase kematian yang disebabkan oleh corona, lebih rendah jika dibandingkan MERS atau H5N1. Hal itu adalah sebuah kabar gembira karena virus itu tidak seganas wabah-wabah sebelumnya.
Profil untuk orang-orang yang meninggal juga kebanyakan sudah lanjut usia, karena virus ini menyangkut dengan persoalan daya tahan tubuh.
“Meskipun tingkat keganasannya jauh lebih rendah dari virus-virus yang terdahulu, virus ini tingkat penyebarannya sangat cepat. Ini kabar tidak enaknya makanya belum beberapa bulan sudah 75.000,” kata dia.
Selain itu, salah satu masalahnya adalah karena belum ada vaksin untuk mencegah penyebaran dan obat untuk mengobatinya.
Total ada 78 WNI yang menjadi anak buah kapal di kapal tersebut. Selain empat WNI yang dinyatakan positif COVID-19, sisanya sebanyak 74 WNI masih berada di kapal tersebut.
Diketahui, kapal pesiar Diamond Princess sendiri kini tengah bersandar di Yokohama, Jepang, sembari melanjutkan proses karantina staf yang tersisa. Otoritas Jepang juga telah menyampaikan kepada semua negara asal awak kapal untuk datang membawa tim penjemput. Hal ini terjadi karena pihak Jepang tidak menyediakan tempat karantina di darat, sementara masa observasi akan segera berakhir pada Sabtu, 22 Februari 2020.(gw/fin)