“Siap!” hanya itu yang bisa saya ucapkan.
Saya pun pamit. Saya harus ke Samarinda –kampung istri saya. Besoknya adalah malam tahun baru Imlek. Saya harus di Samarinda –ingin Imlekan dengan teman Tionghoa yang menunggu di sana. (Dahlan Iskan)
“Siap!” hanya itu yang bisa saya ucapkan.
Saya pun pamit. Saya harus ke Samarinda –kampung istri saya. Besoknya adalah malam tahun baru Imlek. Saya harus di Samarinda –ingin Imlekan dengan teman Tionghoa yang menunggu di sana. (Dahlan Iskan)