Coba simak.
Komunis adalah alat kaum proletar untuk melawan kapitalis. Tapi di Tiongkok prinsip itu dihancurkan. Justru si kapitalis dimasukkan sekalian ke dalam komunisme.
Opo tumon!
Dan itu pun belum cukup.
Memang Tiongkok cepat maju. Bisa menjadi negara no. 2 di dunia. Tapi merasa masih punya kekurangan.
Tiongkok harus maju lagi. Ingin menjadi nomor satu, mengalahkan Amerika.
Komunisme tiga kaki dianggap kurang kuat. Ibarat meja, kakinya harus empat –kalau ingin kokoh.
Maka dicarilah kaki keempat itu. Ketemu: ilmu pengetahuan. Sesuatu yang tidak ilmiah dianggap tidak sesuai dengan prinsip komunisme.
Itulah komunis empat kaki: buruh-tani-pengusaha dan ilmuwan.
Teknologi harus maju.
Kalau ingin menjadi nomor satu.
Dalam hal cuaca targetnya bukan saja mampu meramalkan cuaca –tapi sampai ke mengubah cuaca.
Ilmuwan harus bisa membantu petani –tidak hanya sampai ke soal perkiraan cuaca.
Apakah berarti tidak ada lagi banjir di Tiongkok?
Sayangnya: masih ada. Terutama di bulan Juli dan Agustus. Tapi dampak banjir di sana kian bisa dikurangi.
Tentu kita juga perlu minta bantuan ilmuwan –meski kita bukan komunis empat kaki. Tahap pertama ilmuwan yang bisa membuat peta.
Peta banjir. Yang bisa di akses di HP masing-masing.
Setidaknya penduduk bisa tahu: kawasan perumahan mereka termasuk yang mana.
Kan ada kawasan yang banjir ketika hujan deras berlangsung 3 jam. Itu kelurahan mana saja. RT berapa saja. Warnanya kuning tua.
Ada kawasan yang baru banjir kalau hujan derasnya 4 jam. Diberi warna merah muda.
Dan seterusnya. Merah tua dan merah kehitaman.
Semua orang pun bisa tahu rumahnya di kawasan warna apa. Masing-masing bisa berpikir sendiri apa yang harus dilakukan –kalau hujan deras sudah berlangsung empat jam.
Mungkin tidak harus seperti itu. Ilmuwan bisa menemukan cara yang lebih baik.
Kita memang anti komunis.
Mestinya kita bisa lebih baik dari komunis.
Dendam itu tidak ilmiah sama sekali.(Dahlan Iskan)