BANDUNG – Perang dagang Amerika Serikat dengan Cina dan kondisi geopolitik yang tidak kondusif di sejumlah negara, menghadirkan ketidakpastian ekonomi global. Situasi tersebut tentu berdampak negatif pada perekonomian Indonesia, termasuk Jawa Barat.
Dalam kurun dua tahun terakhir, misalnya, pertumbuhan ekonomi Indonesia stagnan berada dikisaran 5,04 persen. Neraca perdagangan ekspor dan impor Indonesia pun konsisten mengalami defisit.
Meski begitu, Analis Senior Divisi Advisory Ekonomi Keuangan Bank Indonesia Provinsi Jawa Barat Darjana memproyeksikan ekonomi Jabar akan tumbuh melebihi capaian tahun ini pada 2020.
“Tahun 2020, kita memproyeksikan angkanya lebih tinggi dari tahun ini. Beberapa faktor pendukung dan ada syaratnya, yaitu investasi yang masuk ke Jabar harus lebih tinggi dari sekarang,” kata Darjana usai menjadi pembicara dalam Rapat Koordinasi Bidang Perekonomian dan Pembangunan.
Selain investasi, kata Darjana, selesainya sejumlah proyek infrastruktur yang bersifat bangunan maupun non-bangunan, kebijakan Omnibus Law atau pembentukan Undang-Undang besar, dan insentif pajak, bakal membuat perekonomian Jabar membaik.
“Triwulan III 2019, ekonomi Jabar memang melambat. Tapi, pada Triwulan IV 2019, angka pertumbuhan sudah lebih tinggi. (Karena) pada akhir tahun konsumsi tinggi. Harapannya, investor masuk pada Triwulan IV,” ucapnya.
Darjana pun berkata, inflasi Jabar pada 2020 akan turun dan berada di angka 3,0+-1. Faktor penyebabnya adalah harga komoditas, harga minyak bumi, dan nilai tukar yang stabil. Dengan begitu, daya beli masyarakat tahun depan tidak bakal menurun.
“Namun demikian, ada kemungkinan inflasi naik, seperti masa tanam mundur. Kemudian, awal tahun ada beberapa kebijakan (yang berpotensi menaikan inflasi). Semoga hanya pada Triwulan I atau Semester I 2020,” katanya.
Tidak hanya itu, Darjana menyoroti sejumlah program Pemerintah Daerah (Pemda) Provinsi Jabar yang berbasis pada ekonomi inklusif, seperti mengakselerasi pembangunan desa, kemandirian ekonomi pesantren, dan pengembangan pariwisata.
“Itu berdampak positif ke pengentasan kemiskinan, pengangguran, dan ketimpangan. (mg2/yan)