Kasus Penyiraman Air Keras Kepada Novel Baswedan Menyimpan Banyak Misteri

BANDUNG – Pengungkapan dua tersangka dalam kasus penyiraman air keras terhadap Novel Baswedan menimbulkan tanda tanya. Sebab, sejak penangkapan pelaku pihak kepolisian langsung mengumumkan dua tersangka.

Pengamat Politik dan Pemerintahan, Asep Warlan Yusuf mengatakan pengungkapan tersebut masih banyak keanehan dan kejanggalan serta banyak yang kurang diluar nalar, tapi kenyataan publik hanya menyerap apa yang disampaikan oleh pihak kepolisian maupun oleh pihak Novel Baswedan sendiri.

Asep mengungkapkan, beberapa yang menjadi tanda Tanya besar adalah kedua pelaku polisi aktif tersebut memiliki motif dendam pribadi.

‘’Itu banyak hal yang kurang nalar begitu tapi ya kita cuman dapat itu informasinya,’’kata Asep ketika dimintai pendapatnya kepada Jabar Ekspres terkait kasus tersebut. (29/12).

Menurutnya, adanya kesimpangsiuran informasi tersebut akhirnya menimbulkan opini public di masyarakat. Bahkan ada yang mengait-ngaitkan dengan pengalihan isu lain. Sehingga, untuk membuat kesimpulan sebaiknya harus menunggu proses hukum yang nanti dijalani.

Asep menambahkan, tertangkapnya penyiram air keras terhadap pejabat penyidik senior KPK Novel Bawesdan bisa disebut babak baru. Sebab, pada babak pertama pihak kepolisian belum bisa menemukan pelakunya.

‘’ Episode pertama adalah mereka berjanji untuk menangkap. Presiden memerintahkan episode ke-dua ditemukan dengan banyak pertanyaan, nah episode ke-tiga apa ada gak faktor intelektual yang menyuruh mereka. Nah kita tunggi saja di episode ke-tiga apa yang akan terjadi,’’ungkap Asep.

Dia berharap, pada proses hukum nanti, sebelum diajukan pada proses pengadilan bisa mengungkap kronologi sebenaranya, sehingga ada celah-celah baru untuk mencari keterlibatan pihak-pihak lainnya.

‘’Betul gak mereka mengaku dengan terus terang bahwa penyiraman air keras ke muka novel itu betul betul balas dendam atau ada yang menyuruh begitu,’’ujarnya.

Sementara itu, Ketua Pusat Studi Politik dan Keamanan (PSPK) Unpad, Muradi menjelaskan dalam mendalami pengungkapan kasus tersebut melihat ada tiga motif jika melihat dari beberapa sketsa yang mirip.

Menurutnya, motif pertama itu berkaitan soal sakit hati. Motif kedua bisa jadi mengenai soal jiwa korsa Dan soal ini bisa menjadi bagian dari sistimatis yang melibatkan orang besar. Akan tetapi jika dikomentari tertangkapnya kedua pelaku itu hanya bisa dijawab secara normatif.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan